04 Juli 2012

Selamat Datang di Republik Maling



Kita seharusnya instropeksi diri ketika orang Indonesia rame-rame menuduh Malaysia sebagai bangsa maling. Menjulukinya sebagai “Malingsia,” dan “Maling Asia.” Karena negara tersebut dianggap telah mengklaim beberapa seni budaya asal Indonesia, seperti kerajinan tangan, tari-tarian, lagu, dan sejenisnya sebagai seni budaya Malaysia. Tetapi apakah Indonesia sendiri bukan bangsa maling? Jawabnya Indonesia juga bangsa maling, kok! Jadi, maling teriak maling, nih!?

Pendek kata di negeri ini yang ada adalah sifat individualisme yang tinggi. Pejabat sudah terbuai oleh kekuasaan dan kekayaannya. Sedangkan rakyat terus saja menahan derita yang tak kunjung berakhir.

Patutlah negeri ini disebut sebagai republik maling. Artinya, tatanan ketatanegaraan timpang. Pejabat yang serakah dan tidak dapat nrimo dengan apa yang telah mereka peroleh. Rakyat hidup menderita dan hanya dijadikan modal sosial untuk mendapatkan dana asing.

Bak maling, yang merampas kekayaan orang lain tanpa memperdulikan apakah orang tersebut dapat makan atau mempertahankan hidupnya kelak. Yang ada dibenak para pejabat pemerintahan adalah bagaimana saat ini dapat mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya.
Lebih dari itu, bagaimana dapat mempertahankan kekuasaan hingga akhir hayat. Hal ini dikarenakan, kekuasaan adalah sumber kekayaan, prestisi (pengakuan dan penghormatan) masyarakat dan menaikkan derajat martabat keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar