30 Oktober 2011

Bung Karno


“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”


“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ”Tuhan tidak merubah nasib sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya” 


“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” 


“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” 


“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” 


“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” 


“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, Lahirnya Pancasila


Paduka tuan Ketua yang mulia!

Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menepati permintaan Paduka tuan Ketua yan mulia. Apakah permintan Paduka tuan Ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepad sdang Dkuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nati akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang Mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan: Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberitahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan “merdeka”.

Merdeka buat saya ialah “political independence”, politieke onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?

Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang saya katakan di dalam bahasa asing, maafkan perkataan ini “zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil “Zwaarwichtig” sampai kata orang Jawa “jelimet”. Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.

Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu.

Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya!

Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai jelimet! Maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu.

Bacalah buku Amstrong yang menceritakan tentang Ibn Saud! Di situ ternyata bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu! Toh Saudi Arabia merdeka.

Lihatlah pula jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat Sovyet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Sovyet adakah rakyat Sovyet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih daripada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Sovyet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Sovyet itu. Dan kita sekarang di sini mau mendirikan negara Indonesia Merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan!

Maaf, PT Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya buku, kalau saya membaca tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai jelimet hal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai jelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, sampai di lobang kubur! (tepuk tangan riuh)

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun 33 saya telah menulis satu risalah. Risalah yang bernama “Mencapai Indonesia Merdeka”. Maka di dalam risalah tahun 33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politike onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah suatu jembatan, satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, in one night only! kata Amstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirkan Saudi Arabia Merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riyad dengan 6 orang! Sesudah “jembatan” itu diletakkan oleh Ibn Saud, maka di seberang jembatan, artinya kemudian daripada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi Arabia. Orang yang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandangan sebagai nomade, yaitu orang Badui, diberi pelajaran bercocok-tanam. Nomade diubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, semuanya di seberang jembatang.

Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Sovyet Rusia Merdeka, telah mempunyai Djnepprprostoff, dan yang maha besar di sungai Djeppr? Apa ia telah mempunya radio-station, yan menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Sovyet Rusia Merdeka telah dapat membaca dan menulis?

Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio-station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan Greche, baru mengadakan Djnepprprostoff! Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan jelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah berlainannya tuan-tuan punya semangat, jikalau tuan-tuan demikian, dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda itu semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!!! (Tepuk tangan riuh)….

Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, padahl semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka Sekarang, sekarang, sekarang! (Tepuk tangan riuh)….

Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia Merdeka, kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar-hati! Saudara-saudara, saya peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political Independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan gentar! Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti denga orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo-Butyoo diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid, in one night, di dalam satu malam!

Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya bersemboyan: Indonesia Merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya Balatentara Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata mangke rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan negara Indonesia Mereka? (Seruan audiens: Tidak! Tidak!)

Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini Balantentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menit pun kita tidak akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka! (Tepuk tangan audiens menggemparkan)

Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbeaan antara Sovyet Rusia, Saudi Arabia, Inggris, Amerika dan lain-lain tentang isinya: tetapi ada satu yang sama, yaitu rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Inggris sanggup mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negaranya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk Merdeka. (Tepuk tangan riuh)

Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata Ah, saya belum berani kawin, tunggu dulu gaji f500. Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai meja kursi, yang selengkap-lengkapnya, sudah mempunyai sendok garpu perak satu set, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin.

Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu “meja makan”, lantas satu sitje, lantas satu tempat tidur.

Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat tidur: kawin.

Sang Ndoro yang mempunyai rumah gedung, electrische kookplaat, tempat tidur, uang bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig, belum tentu mana yang lebih bahagia, Sang Ndoro dengan tempat-tidurnya yang mentul-mentul, atau Sarinem dn Samiun yang hanya mempunyai satu tikar dan satu periuk, saudara-saudara! (tepuk tangan, dan tertawa).

Tekad hatinya yang perlu, tekad hatinya Samiun kawin dengan satu tikar dan satu periuk, dan hati Sang Ndoro yang baru berani kawin kalau sudah mempunyai gerozilver satu kaset plus kinderuitzet, buat 3 tahun lamany! (tertawa)

Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau tidak? Inilah, saudara-saudara sekalian. Paduka tuan Ketua yang mulia, ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian PT Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekan Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! (tepuk tangan riuh)

Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di dalam Sovyet Rusia Merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Sovyet Rusia satu persatu.

Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: Kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak disentri, banyak penyakithongerudeem, banyak ini banyak itu, “Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka.”

Saya berkata, kalau ini pun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan “jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.

Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnyainternasionaalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak! Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untukinternasionaalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahan, kemudian diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: Merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak perduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak perduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahannya, sudahlah ia merdeka.

Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka atau tidak? Mau merdeka atau tidak? (Hadirin serempak menjawab: Mauuu!)

DISPARITAS :Negara dan Purifikasi Peran Pemerintahan


Menjadi amat wajar mayoritas warga Negara mempertanyakan peran Negara memenuhi tuntutan keadilan. Bukankah negara ini didirikan bersama, untuk menjamin kelayakan hidup semua warga Negara tanpa kecuali? Ketika totalitas energi nasional lebih mementingkan alokasi sistem sumber untuk pengesahan disparitas, akhirnya menjadi amat relevan mempersoalkan lebih penting mana kekuatan negara atau kekuatan pemerintahan.

Disparitas (kesenjangan) tetap menjadi masalah serius pembangunan Indonesia. Semua orang tahu itu. Dimensi disparitas itu begitu luas, mulai dari disparitas antarwilayah (vertikal) hingga keadaan yang membuat jarak sosial ekonomi yang nyata di tengah masyarakat (horizontal). Banyak indikator tentang itu, di antaranya kegiatan ekonomi dan pola dominasinya, infrastruktur dengan model pengadaan dan pemeliharaannya, serta tingkat kemiskinan dan sifat-sifatnya.

Membuat masalah disparitas vertikal dan horizontal ini seolah tak penting disorot dengan jalan berusaha melupakan atau mengedepankan teori penyesatan untuk mengesankan tak seperti itu buruknya, adalah hal yang selalu umum terjadi meskipun tetap sia-sia. Menghapusnya dari agenda tidak mungkin.

Negara dan Pemerintahan. Jika ditilik lebih detail pada tingkat regional Provinsi, Kabupaten, dan Kota, disparitas ini ternyata begitu dominan. Banyak daerah mencapai peningkatan ekonomi signifikan. Tetapi itu tak mungkin dibantah meski tak dapat menafikan fakta bahwa masih lebih banyak daerah yang jauh tertinggal.

Mengapa aktivitas ekonomi sejak awal dianggap lebih baik ditimpangkan? Meski dengan segenap catatan serius, di kota-kota besar yang menjadi pusat bisnis umumnya segala sarana dan prasarana sudah tersedia. Tingkat ketersediaan itu tidak pernah berhenti pada satu titik kepuasan. Karena kontinum itu tidak demikian di daerah, disparitaspun disahkan seolah menjadi identitas nasional. Di daerah sarana dan prasarana tidak tersedia. Karena itu aktivitas ekonomi menjadi rendah. Daerah-daerah yang bernasib seperti itu jumlahnya lebih banyak. Tingkat kemiskinan pun tinggi.

Menjadi amat wajar mayoritas warga Negara mempertanyakan peran Negara memenuhi tuntutan keadilan. Bukankah negara ini didirikan bersama, untuk menjamin kelayakan hidup semua warga Negara tanpa kecuali? Ketika totalitas energi nasional lebih mementingkan alokasi pengesahan disparitas, akhirnya menjadi amat relevan mempersoalkan lebih penting mana kekuatan negara atau kekuatan pemerintahan. Pertanyaan-pertanyaan tentang keniscayaan kehadiran pemerintahan yang kuat atau Negara yang kuat, mestinya tidak harus dijawab kecuali hanya dengan ukuran seberapa makmur atau seberapa menderita sebuah negeri. Menjadi amat perlu diperjelas pertentangan besar antara peran negara dan pemerintahan dalam membuat distribusi dan alokasi yang lebih adil. Mengapa bahasa Negara begitu berbeda dengaan bahasa pemerintahan?

Isyu Strategis. Di tengah harapan akselerasi pembangunan menyeluruh, apalagi di tengah proses mencapai apa yang disebut dengan Millenium Development Goals (MDGs) khususnya untuk mengatasi kemiskinan di segala aspek, mau tidak mau daerah atau potensi-potensi domestik dalam kawasan-kawasan regional tertinggal amat mendesak digerakkan. Negara mengenali permasalahan ini dengan amat baik. Negara juga berbicara lantang bahwa dengan berlangsungnya secara adil pembangunan ekonomi yang merata dan sekaligus terintegasi, Indonesia pasti mampu semakin mendekati cita-cita kemerdekaan yang digariskan oleh para the founding father. Maka telah tiba saatnya mempertanyakan political will pemerintahan. Tetapi pemerintahan itu adalah sebuah keramaian. Kerap pula tak terkendali. Wajah dan tangannya jamak, dan semakin hari semakin pandai berapologi. Ini akan membuat Negara semakin malu hati karena tak berbicara lagi tentang kesejahteraan.

Bagaimana cara beranjak dari disfungsionalitas itu? Pertanyaannya lebih patut ditujukan kepada pemerintahan. Pemerintahan yang diharapkan mampu melakukan perubahan itu amat perlu tahu bahwa tuntutan perubahan dewasa ini sesungguhnya telah semakin menampakkan pentingnya keadilan untuk semua. Bukankah setiap orang kini tahu dengan jelas bahwa Indonesia masih merupakan Negara yang dihadapkan kepada masalah-masalah mendasar yang bersifat amat elementer terkait peran pemerintahan memajukan kesejahteraan?

Berdasarkan pertimbangan pengimplementasian mandat politik menurut alokasi waktu dan kesempatan yang sudah berlalu dan yang masih tersisa dalam kurun kepemimpinan nasional ke depan, secara pasti diyakini tidak ada lagi celah untuk apologi. Daripada akan berpolemik berkepanjangan tentang isyu-isyu yang tak strategis dan yang tak terkait dengan maslahat rakyat, energi politik bangsa sebaiknya tidak dibiarkan sia-sia. Terutama potensi serta kemampuan seluruh jajaran pemerintahan, sudah sebaiknya secara sadar diarahkan meninggalkan eufimisme dan serta-merta menggantikannya dengan kepeloporan nyata, sambil membenahi serius kendala-kendala birokrasi dan aneka deviasi norma dan konstitusi yang menjadi sumber stagnasi.

Agenda Politik Pemerintahan. Secara kritis dan partisipatif, sebagai salah satu kekuatan pilar utama demokrasi, partai tentu saja masih tetap menjadi institusi tempat rakyat menaruh harapan. Ini tidak perlu diukur dengan tingkat kesukaan dan ketidak-sukaan, karena masalahnya hanyalah soal keniscayaan belaka. Terhadap pentingnya kemampuan pemerintah dan begitu pentingnya tetap mendorong upaya untuk mempercepat pembangunan yang dapat menyertakan rakyat secara menyeluruh dengan penuh keadilan, diyakini rakyat sudah lama siap. Jadi, itu adalah sebuah tumpukan utang besar yang wajib dituntaskan dengan agenda politik pemerintahan.

Indonesia sangat memerlukan kerangka besar purifikasi (pemurnian) yang dapat merupakan kelanjutan reformasi sistemik dan bertahap terutama dalam kaitannya dengan purifikasi keyakinan-keyakinan politik di satu pihak yang ditopang oleh pengembangan struktur-struktur politik yang dinamis dan mengacu kepada pertimbangan pentingnya partisipasi politik rakyat tanpa eliminasi dalam bentuk apa pun. DI pihak lain kita menemukan kebenaran fakta bahwa kebijakan yang tepat sekalipun tidak akan mungkin terlaksana tanpa jaringan kinerja birokrasi yang sehat. Oleh Karena itu sama pentingnya mendesign kebijakan yang tepat dan proses orbitasi pemimpin-pemimpin yang amanah untuk semua level.

Pada hakekatnya memberdayakan Negara untuk tujuan tertinggi keadilan dan kemakmuran rakyat berkaitan dengan 4 (empat) domain tugas penting dengan misi utama yang dituntut secara imperatif oleh konstitusi:Pertama, memelihara dan meneguhkan identitas bersama sebagai suatu bangsa tanpa menutup diri terhadap interaksi dengan dunia luar dalam penyerapan eklektif terhadap tuntutan-tuntutan moderenisasi. Semua itu tentulah harus selalu berpreferensi kepada sejarah dan nilai kepribadian bangsa;

Kedua, pengorganisasian alat-alat kekuasaan yang efektif sesuai pola-pola kemajuan zaman dan berorientasi kepada pemberdayaan masyarakat. Pentingnya penegakan prinsip-prinsip good governance dan clean government akan semakin terbuktikan manakala pengabaiannya telah mengakibatkan munculnya fenomena-fenomena pathologi birokrasi yang malah semakin membebani masyarakat.

Ketiga, penegakan wewenang yang sah, metode dan implementasinya yang maju, bermoral, jujur sejujur-jujurnya dan adil seadil-adilnya. Legitimasi menjadi pokok pertanyaan penting sekaitan dengan dorongan ke arah demokrasi modern yang tidak sekadar arena pertikaian yang melelahkan sembari menjatuhkan martabat karena hanya mementingkan prosedural yang tidak substantif sama sekali.

Keempat, masalah produksi dan distribusi barang dan jasa yang diselenggarakan secara berkeadilan dan mementingkan keberdayaan serta akses masyarakat luas tanpa mengingkari potensi yang dimiliki oleh Negara. Bukan cuma ketergantungan kepada kekuatan asing yang menjadi noda buruk dalam hal ini, melainkan kedaulatan sebagai Negara yang merdeka, dan penciptaan regulasi yang sehat dan mampu memfasilitasi perubahan tanpa cacat kesenjangan di luar ambang batas toleransi psikologis dan politik yang rawan stabilitas.

Penutup. Indonesia harus menumbukan sebuah keyakinan baru bahwa politik sebagai upaya mengejar kepentingan umum adalah sebuah keluhuran. Pengoperasian negara secara benar dan sehat menjadi implementasinya di lapangan. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum yang mensejahterakan rakyat banyak tak dapat berhenti sebatas berkutat pada ukuran-ukuran subjektif yang tidak terkait dengan nilai dan derajat kehidupan yang difahami secara objektif oleh masyarakat. Kira-kira dimanakah letak reshuffle kabinet dalam kesulitan serius ini?

Naskah ini pertamakali dimuat Harian Waspada Medan Kamis, 20 Oktober 2011 hlm B4

Perang Malawan Korupsi


Korupsi adalah sebuah perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya kelompoknya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Seorang korupsi karena untuk memperkaya diri, artinya mereka yang melakukan korupsi adalah mereka yang takut miskin, oleh karena memiskinkan koruptor adalah sebuah hukuman yang sangat berat yang harus diterima dan dijalani oleh seorang koruptor.

Tindakan korupsi terkadang diakibatkan oleh lingkungan keluarga yang terlalu menuntut kekayaan yang berlebihan, pemakluman dan pemaafan masyarakat yang sangat tinggi pada koruptor. “Pembenaran” tindakan korupsi oleh masyarakat salah satunya dengan memberikan apresiasi yang tinggi pada mereka yang jelas jelas korupsi tetapi mampu mempertahankan kekayaannya. Sebut saja nama caleg yang tetap dicontreng pada pemilu legislative 2009 lalu meski yang bersangkutan jelas jelas telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi, seorang pesakitan kasus korupsi pun tetap dipercaya masyarakat untuk memimpin organisasi public persepakbolaan dan perkoperasian Indonesia.

Hukuman social harus dipertimbangkan dan dipikirkan untuk dikembangkan menjadi alat pembangkit phobia korupsi di masyarakat

Perang Malawan Korupsi
Dalam konsepsi perang melawan korupsi, maka benar pernyataan Muhamadiyah bahwa hukuman mati setuju diberlakukan untuk kasus korupsi. Dengan persetujuan hukuman mati untuk koruptor, maka ini berarti darah seorang koruptor adalah halal.

Darah seorang musuh jelas halal kecuali musuh yang sudah menyerah haram hukumnya dibunuh. Bagi mereka yang tidak menyerah, maka disamping darahnya halal, hartanyapun sah untuk dirampas sebagai harta rampasan perang.

Harta musuh yang telah ditaklukkan adalah harta rampasan perang yang boleh digunakan untuk logistik perang maupun perbaikan wilayah perang atau wilayah pendudukan baru. Dalam konsepsi perang melawan korupsi yang telah dicanangkan oleh pemerintah, maka harta rampasan perang melawan korupsi selayaknya dan sepantasnya dikelola oleh Negara.

Hilangnya Kepercayaan Pada Birokrat dan Aparat
Yang menjadi pertanyaan untuk Indonesia sekarang adalah ketika pelaku korupsi adalah aparat penegak hukum, birokrasi dan politisi. pada siapa harta rampasan ini harus diberikan. pengelola pemerintah sudah tidak kredibel di mata rakyat, sementara pengelola rampasan perang sangat diharapkan adalah mereka yang amanah.

Dalam semangat demokrasi, yaitu dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, maka lembaga rakyat adalah pilihan yang paling tepat dalam rangka perang melawan koruptor.

Lembaga rakyat anti korupsi ini merupakan satuan tugas yang dibentuk oleh rakyat dalam rangka melakukan (1) investigasi koruptor, (2) pengadilan rakyat yang memutuskan hukuman bagi koruptor dan (3) pengelola rampasan harta koruptor.

Dalam semangat UUD 45 pasal 34 ayat (1) Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh Negara, maka pengelola rampasan koruptor harus melaksanakan segala usaha untuk mensejahterakan fakir miskin dan anak anak terlantar.

Pembuktian terbalik dan penetapan hukuman rakyat ádalah langkah awal
Memperjuangkan aturan pembuktian terbalik dalam penangananan perkara korupsi akan Sangay efektif dalam pemberantasan korupsi. Sisi lain yang sangat menarik adalah pemberlakuan uu 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik tertanggal 1 mei 2010 yang akan datang, maka masyarakat berhak mendapatkan segala informasi tetang organisasi Publik yang salah satunya adalah mempertanyakan hal hal yang ditengarai terkait korupsi pada lembaga Publio tersebut.

Hukuman rakyat atau hukuman sosial masyarakat dapat pula dikembangkan dengan sebuah konsensus bersama masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang sederhana seminal bahwa sepakat seluruh desa di Indonesia tidak bersedia menerima korruptor untuk tinggal di desa. Hukuman semacam ini dulu pernah digunakan oleh masyarakat desa yaitu mengusir warga desa yang telah melakukan pelanggaran adat dan moral yang dijunjung tinggi di desa tersebut.

Ini akan menjadi luar biasa bila kemudian menjadi sebuah kesepakatan lebih lanjut untuk tidak mengijinkan anak seorang koruptor berkarier di birokrasi dan politik.

Saatnya kita menghidupkan kembali peradilan desa dan hukuman rakyat pada koruptor, saatnya Indonesia belajar dari desa.

Reinterpretasi Pancasila dan Reposisi Islam


Segala potensi manusia adalah manifestasi Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Pencipta. Sifat Tuhan yang pertama itu ditemukan manusia dalam bentuk bahasa. Bahasa adalah sarana komunikasi. Sarana komunikasi melalui puisi adalah manifestasi tertinggi dari kecerdasan manusia di bidang bahasa. Masa selanjutnya dirasa puisi terlalu simbolis sehingga perlu dijabarkan. Maka dijabarkanlah dia secara filosofis. Selanjutnya filsafat itu dirasakan terlalu subjektif sehingga perlu dirumuskan kesepakatan bersama. Maka lahirlah disiplin ilmiah.

Manifestasi Tuhan yang Maha Pencipta ke dalam diri manusia menjadikannya mampu menghasilkan karya dalam wujud fisik. Sebab itulah pada masa lalu manusia menghasilkan seni ukir yang luar biasa. Hasrat akan karya terus mengalami perkembangan dan modivikasi sehingga manusia mampu menghasilkan kapal, mobil, pesawat, tv, ponsel dan lainnya.

Pada masa lalu, manusia menyembah karyanya sendiri yang disebut berhala. Manusia modern saat ini menyembah tv, ponsel dan sebagainya. Untuk ranah karya ide, manusia masa lalu menjadikan puisi, hikayat, modivikasi kitab suci sebagai pedoman hidup. Manusia modern menjadikan ideologi sebagai agama dan sains sebagai pedoman dan tumpuan hidup.

Menyembah berhala dan menjadikan ideologi sebagai pedoman hidup adalah menyembah selain Tuhan. Melalui jalan pikiran seperti ini, maka Pancasila yang merupakan ideologi, hasil produk ide manusia bila dijadikan asas dan pedoman hidup, adalah sama halnya dengan syirik. Bila demikian, tidak layakkah Pancasila menjadi dasar negara yang dihuni rakyat yang beragama?

Alasan di atas menyebabkan polemik yang berkepanjangan sehingga orang selalu memperbandingkan Islam dengan Pancasila.

Sunano mengatakan gerakan Islam muncul karena dua hal. Pertama interpretasi ummat terhadap teks, kedua adalah reaksi terhadap realitas. Saya kira ini berlaku bagi setiap agama. Pancasila adala reaksi atas realitas masyarakat muslim di Indonesia.

Pancasila memberi ruang agar semua produk hukum dan mobilisasi segala sistem bersesuaian dengan Islam. Namun, merujuk pada kisah negosiasi yang ditawarkan Quraish kepada Muhammad Saw untuk agar Nabi mengizinkan Quraish menyembah Allah juga namun dengan menggunakan perantara berhara. Nabi menolaknya mentah-mentah. Ada yang menyamakankan tawaran Quraish dengan model penerapan nilai-nilai Islam namun dengan berlambangkan Garuda, melalui Pancasila. Dengan analogi ini maka Pancasila adalah musuh mutlak Islam.

Pancasila harus dilihat sebagai hasil kesepakatan rakyat Indonesia yang juga setiap mereka membawa nilai-nilai agamanya untuk dirumuskan menjadi pancasila. Nilai mayoritasnya adalah Islam. Pancasila adalah sebuah usaha membumikan ajaran-ajaran Islam. Tema besar yang diusung Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Tema-tema ini adalah esensi pokok dalam Islam. Melalui Pancasila, Islam telah menjadi konsepsi praktis sehingga sangat dekat dengan keseharian kita.

Mengenai alasan Pancasila tidak layak menjadi sebuah sistem karena tidak mengandung panduan atau pedoman yang lengkap seperti layaknya Islam yang mengatur mulai dari tata cara bersuci hingga politik luar negeri. Maka lima tema pokok tadi dapat dikembangkan kedalam aturan hukum yang detail dan holistik. Pancasila adalah asas yang mengatur tata kehidupan majemuk, tentang sistem interaksi, sistem untuk kelompok masyarakat bernama negara, jadi dia tidak mengatur urusan individu seperti ibadah, bersuci dan sebagainya. Ada muslim yang menolak Pancasila karena tidak mengatur mu'amalah (ekonomi) dan jinayah (hukum) sepeti aturan dalam Al-Qur'an. Saya kira persoalan itu terletak pada undang-undang (UU) yang dibuat, sama sekali bukan Pancasila. Malah Pancasila memaksakan agar ekonomi harus berlandaskan kemanusiaan dan kerakyatan serta hukum harus berlandaskan keadilan.

Melihat dari sejarah peradaban Islam, maka setiap rezim dirumuskan aturan untuk patuh pada aliran dan mazhab tertentu. Bahkan masa monarki aturan dan aliran dipaksakan pada rakyat yang berbeda mazhab dan aliran. Namun Pancasila sangat representatif bagi masyarakat Indonesia.

Setiap manusia punya subjektivitas. Subjektifitas ini memerlukan objektivitas agar terjadi integrasi antar manusia. Pancasila adalah sagana objektif masyarakat Indonesia.

Ada yang mengatakan Pancasila sudah tidak relevan lagi untuk masyarakat indonesia. Ini pernyataan yang aneh. Karena selama manusia masih ada, maka rumusan mengenai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (berbeda dan tidak sama dengan penyeragaman), kerakyatan dan keadilan akan selalu dibutuhkan.

Ada yang mengatakan Pancasila sebagai alat kepentingan politik elit kekuasaan. Saya katakan Pancasila adalah memang alat. Dianya adalah produk akal manusia. Jadi selamanya harus sebagai alat, sebuah alat yang ditetapkan sebagai asas sekelompok masyarakat yang menamakan diri Indonesia. Jadi jangan salahkan politikus yang menggunakan Pancasila sebagai alat politik, tanyakan pada diri kita masing-masing kenapa tidak menggunakan Pancasila sebagai alat profesi kita. Bila kita mahasiswa, kenapa tidak menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai alat untuk sukses study. Seorang wirausahawan harus menjadikan Pancasila sebagai alat yang menyemangati keadilan dan kesejahteraan sosial. Umpamakan sebuah pisau, seorang tukang rajang bawang marah pisau digunakan oleh tukang potong lembu untuk potong lembu. Padahal, bila dia mau pisau itu dapat juga digunakan untuk rajang bawang.

Islam memiliki cita-cita yang besar dan sangat universal. Sementara Pancasila adalah semacam sebuah visi yang diusung masyarakat Indonesia yang hampir semuanya muslim. Dalam kacamata Islam yang universal itu, Indonesia adalah sebuah organisasi yang mengusung lima visi yaitu kelima butir Pancasila dan misinya adalah UUD 1945 serta semboyannya adalah Bhinneka Tunggal Ika. Jadi tidak ada yang layak disebut bertentangan dengan Islam. Memperbandingkan Islam dengan Pancasila hampir sama seperti memperbandingkan Islam dengan organisasi Muhammadiyah. Pancasila adalah sikap masyarakat atas realitas yang mereka alami dan rasakan. Seperti Ahmad Dahlan yang medirikan Muhammadiyah untuk merespon perkembangan modern yang masuk ke dunia Islam. Memperbandingkan Islam dengan Pancasila adalah pendegradasian terhadap Islam.

Cara berfikir dengan memperbandingkan Islam dengan Pancasila mengingatkan kita akan paham Hegelian berupa tesis, anti tesil lalu membentuk sintesis. Umumnya manusia menganggap tesis adalah kontradiksi dengan sintesis. Padahal Hegel membangun konsep ini berdasarkan inspirasi hukum garak yang niscaya. Untuk menghasilkan sebuah gerak diperlukan keseimbangan tertentu. Misalnya keseimbangan energi proton dengan elektron menyebabkan elektron mengelilingi proton. Namun gerak yang dimaksudkan di sini tidak terbatas pada gerak material. Dari tidak tahu menjadi tahu juga disebut gerak.

Muhammadiyah dapat terus bergerak menjadi lebih progresil karena ada NU. Orang menganggap Muhammadiyah kontradiksi dengan NU padahal karena keseimbangan antara keduanya, maka masing-masing saling berlomba mengembangkan diri. Pancasila tidak memiliki penyeimbang untuk terus bergerak maju dan bergerak lebih mengakar kedalam jiwa masyarakat Indonesia.

Orang mencoba menjadikan Islam sebagai antitesis. Padahal ini tidak layak, tidak seimbang. Akal manusia memang suka mencari kontadiksi lalu memverivikasi untuk memudahkan mengenal sesuatu. Namun tidak benar menghadapkan Islam dengan Pancasila apalagi menjadikan yang satu sebagai tesis dan lainnya antitesis yang dipahami sebagai kontradiksi. Sebagai penyeimbangpun tak layak. Sehingga ada kalangan yang berusaha memunculkan isu adanya gerakan Islam sebagai asas negara sebagai alat menentang Pancasila dengan tujuan sebenarnya ingin menggerakkannya, ingin mengembangkan. Ini jalan yang keliru.

Masalah kompleks yang dialami bangsa Indonesia adalah karena Pancasila tidak dijiwai masyarakat. Pancasila hanya dilihat sebagai sistem. Sistem kesannya selalu sebagai tangan besi yang mengatur manusia dengan paksa. Jadi Pancasila selalu dilihat sebagai pengekang. Agar nilai-nilai Pancasila selalu tertanam dalam jiwa, diperlukan cara pendekatan pembelajaran yang baru kapada anak-anak Indonesia, bukan sekedar sebagai bagian mata pelajaran yang diajarkan dua kali 40 menit seminggu.

Sholawat Syifa


“Allaahumma sholli ‘alaa saidinaa Muhammadin thibbilquluubi wa dawaa ihaa, wa ‘aafiyatil ibdaani wasyifaa iha, wanuuril abshoori, wadhiyaa ihaa, wa’alaa alihi, washohbihi, wabaarik wasallim”

Bismillah adalah Spirit


"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"

Awali langkah dengan bismillah. Maju jalan, temukan spirit yang hilang. Satu jiwa berjuta hikmah. Setiap langkah bermakna. Setiap huruf menjadi hidup, setiap kata menginspirasi jiwa, setiap kalimat bermanfaat, setiap paragraf membuka pemahaman yang lengkap, setiap judul menggugah ide untuk muncul, dan gagasan mencerahkan.

Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq “bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Membaca dengan kesadaran. Membaca tanpa menyebut nama Allah : sekuler.

Bismillah adalah spirit. Pintu segala kebaikan, jendela keberkahan, gerbang kesuksesan, jalan kebahagiaan, gapura hidayah, spirit penggugah agar jiwa terus melangkah.

Bismillah adalah visi, bersih dalam pengawasan Allah, peduli terhadap sesama, profesional dalam kinerja.

Bismillah adalah mu’aahadah, agar janji terpatri di hati setiap detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, tahun dan abad.

Bismillah adalah murooqobah, merasakan kehadiranAllah begitu dekat, mengawasi, mengiringi, mendampingi, menunjuki, dan meneguhkan pijakan kaki. “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karna itu hendaklah kepada Allah saja orang-2 mukmin bertawakal” (Q.S. Ali ‘Imran: 160).

Bismillah adalah mujaahadah. Bersungguh-sungguh, tanpa mengeluh, pantang berkesah, dan senang berjuang. “Barangsiapa yang bersungguh-2 di jalan Kami sungguh benar-benar akan Kami tunjukkan jalan Kami”. (Q.S al-Ankabut : 69).


Bismillah adalah musyaarathah. Syarat diterima sebuah amal, kinerja, perbuatan kalau dipenuhi rukunnya. Pertama bismillah niat karena Allah, ikhlas mengharap ridhaNya. Kedua benar caranya, sesuai tuntunan, prosedur, aturan, syari’at dan manhaj.

Bismillah adalah doa. Doa adalah cita-cita, doa adalah harapan, doa adalah kekuatan, doa adalah pengarah langkah, doa adalah keyakinan yang menggerakkan, doa adalah kepasrahan atas ketakberdayaan, doa adalah pengakuan kelemahan di depan Allah pemilik segala kesempurnaan. Bismillah adalah doa bukan sekedar doa, bismillah adalah kekuatan, bertumpu pada tauhid, keyakinan. Keyakinan ini membuat jiwa orang beriman selalu optimis menapaki kehidupan, dan istiqomah.

Jadi jangan lupakan bismillah dimanapun kita berada, ucapkan lah setiap ingin melakukan sesuatu.

Artikel di atas di petik dari buku New Quantum Tarbiyah karangan Solikhin Abu Izzuddin*

Manifestasi Kesadaran akan Tuhan dalam Kehidupan


Manusia diciptakan atas dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Salah satu pemenuhan kebutuhan atas jiwa/rohani adalah melalui keyakinan terhadap sesuatu seperti misalnya agama. Prinsip dasar keyakinan terhadap agama berasal dari kepercayaan bahwa adanya suatu Dzat yang memiliki kekuasaan atas alam semesta yang melebihi kekuatan apapun di dunia. Islam menjelaskan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan (agama) merupakan fitrahdasar manusia.

Pemahaman Ketuhanan dan Iman
Pada dasarnya Agama Islam melarang membahas tentang hakekat Tuhan, khususnya hal yang berkaitan dengan mempertanyakan wujud Tuhan, karena Tuhan merupakan Dzat yang immaterial tidak mungkin dibuktikan wujudnya dan tidak berwujud dalam bentuk misalnya seperti arca (batu). Larangan tersebut tersurat dalam Hadist nabi yang mengatakan: ”Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan jangan lah kamu berpikir tentang Allah SWT sebagai pencipta, karena kamu tidak akan mampu”.

Oleh karenanya sebagai mukmin, yang memahami ajaran Allah SWT dan Sunnah Rasul, kita harus memahami bahwa di balik penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.

Di dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan setidaknya tiga bukti penting mengenai keberadaan Tuhan, yaitu Pertama bukti yang diambil dari kejadian alam, yang disebut sebagai pengalaman dasar atau pengalaman jasmani manusia, Kedua bukti tentang kodrat manusia yang disebut pengalaman batin manusia, Ketigabukti yang didasarkan atas wahyu Tuhan kepada manusia yang disebut pengalaman tertinggi atau pengalaman rohani manusia.

Ruang lingkup pengalaman itu akan semakin sempit dan bukti akan semakin selektif, misalnya kejadian pada alam, ini hanya akan membuktikan bahwa alam semesta ini pasti ada. Ada yang menciptakan dan juga ada yang mengatur. Akan tetapi belum cukup membuktikan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada.

Bukti tentang kodrat manusia terdapat kesadaran adanya Tuhan walaupun kesadaran itu mungkin berlainan dengan bermacam-macam kodrat, hanya waktu Tuhanlah yang menyingkap rahasia-Nya yang menjelaskan sifat-sifat mulia-Nya.

Beberapa bukti mengenai keberadaan Tuhan adalah Pertama, seperti adanya hukum evolusi; bukti adanya tujuan dan kebijaksanaan. Pemahaman evolusi berkembang sepenuhnya pada dua hal; menciptakan dan melengkapi, sehingga segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti mencapai kesempurnaan yang sudah ditentukan. Kedua, di jagat raya hanya ada satu undang-undang, hal selanjutnya bahwasannya dalam ciptaan Tuhan tak ada yang tak seimbang/keteraturan hukum alam. Ketiga, seluruh ciptaan di bawah satu pengawasan, keberadaan-Nya terlihat dalam jagat raya, segala sesuatunya mulai dari hal yang kecil hingga segala sesuatu yang berukuran besar tunduk pada satu undang-undang dan berada di bawah satu pengawasan, Yang Maha Mengetahui. Keempat, petunjuk yang diberikan oleh kodrat manusia: dalam jiwa manusia terdapat kesadaran tentang adanya Allah SWT. Tiap-tiap orang mempunyai sinar batin bahwa Allah SWT Maha Tahu, Maha Mencipta.

Menurut Ibnu Rusyid dalam mengembangkan keimanan kepada Allah SWT digunakan cara cara pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam yaitu menggunakan dalil Nidham (kerapihan susunan alam) yang biasa disebut sebagai dalil Inayah Walikhitira (pemeliharaan dan penciptaan).

Adapun dalil Inayah merupakan teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud Allah SWT melalui penghayatan dan pemahaman manfaat alam untuk manusia.

Sedangkan dalil Ikhtira yang mengarahkan manusia mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan melalui perenungan terhadap keserasian dan keharmonisan aneka ragam alam dengan Iman yang memiliki landasan bagi perbuatan manusia agar meneladani sifat-sifat terpuji Tuhan. Sehingga Iman tidak hanya berupa dogma saja, akan tetapi manusia memiliki pemahaman yang dalam.

Kesadaran Manusia akan Wahyu
Bukti paling meyakinkan tentang adanya Allah SWT ialah wahyu Illahi, dengan terungkapnya rahasia-rahasia sifat Tuhan itulah maka iman kepada Allah SWT menjadi faktor amat penting bagi evolusi manusia, karena hanya dengan mengetahui sifat-sifat Tuhan itulah yang memungkinkan orang untuk menempatkan cita-cita yang paling tinggi, yaitu mencontoh akhlak Tuhan agar manusia dapat meningkat ke puncak keluhuran akhlak yang tertinggi yaitu Allah SWT, Rabbul’alamin (Yang Memelihara dan Mengasuh Alam).

Maka dari itu mengabdi kepada Allah SWT adalah bekerja dengan sekuat tenaga guna melayani kepentingan sesama manusia dan mencintai sesama makhluk sekalipun makhluk tersebut tak dapat berbicara, dengan harapan keimanan tersebut dapat membawa perubahan dalam kehidupan manusia (kekuatan rohani yang mampu mengangkat derajat manusia menuju tingkatan yang tertinggi sebagai makhluk Tuhan).

Keyakinan Keagamaan
Manusia tidak dapat menjalani kehidupan yang baik atau mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan tanpa memiliki keyakinan-keyakinan, idealisme dan keimanan. Hanya agamalah yang dapat mengatasi kecenderungan sifat negatif manusia melalui keimanan dan ideologi. Hal ini menjadi mungkin hanya bila manusia menganggap keyakinannya sebagai suci dan merebut kendali mutlak atas dirinya.

Karena secara alami, manusia cenderung bergerak mencari kebenaran akan wujud yang suci. Manusia adalah pusat dari serangkaian bakat dan kecenderungan potensial-non materialistis yang dapat dikembangkan lebih jauh.

Kecenderungan yang tidak bersifat materialistis secara bawaan dan kecenderungan spiritual tidak begitu saja ditanamkan dan dicapai, ia perlu terus dilatih, bila tidak digunakan secara tepat dan benar maka manusia akan mengambil arah yang salah akibatnya akan timbul penyimpangan keagamaan seperti pemujaan terhadap berhala, manusia ataupun terhadap alam.

Oleh karena itu sangatlah penting untuk memiliki keyakinan keagamaan karena hal tersebut merupakan satu-satunya keyakinan yang mampu mengatur pengaruh kecenderungan manusia menuju kebenaran terhadap wujud yang suci.

Konsep Tuhan merupakan hasil evolusi pemikiran subyektif manusia, karena manusia selalu membutuhkan sesuatu yang Supreme Being yang memiliki kekuatan atas segalanya. Dapat disimpulkan bahwa agama/kepercayaan terhadap Tuhan sangat dipengaruhi kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan sosial.

Daftar Pustaka:
  1. Murtadha Muntahhari. 1995. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Penerbit Mizan, Bandung.
  2. Rahmat Noor dan Syamsul Arifin. 2003. Pendidikan Agama Islam ke Arah Pengembangan Kepribadian. Ulin Nuha Perss.
  3. Departemen Agama. 1986. Tim Penyusunan Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta UT.Depdikbud. 

28 Oktober 2011

Belajar dari Manisnya Gula


Tak ada yang lebih gusar melebihi makhluk Allah SWT yang bernama gula pasir. Pemanis alami dari olahan tumbuhan tebu ini membandingkan dirinya dengan makhluk sejenisnya yang bernama sirup. Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinya tidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walau ia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusia tidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran the dan gula itu. Manusia Cuma menyebut,“ini Teh manis”. Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.

Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak ada yang mengatakan campuran itu dengan gula pasir. Melainkan kpi manis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonan kue dan roti. Gula pasir merasa kalau dirinya Cuma dibutuhkan, tetapi kemudian dilupakan. ia Cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak ada penghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya, kesetiannya, dan perannya yang begitu besar sehingga menjadi manis.

Berbeda sekali dengan sirup. Dari segi ekstensi sirup tidak hilang ketika bercampur. warnanya masih terlihat. Manusia pun mengatakan,“Ini Es Sirup”. Bukan es manis. Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jatidiri yang lebih lengkap, “es Sirup Mangga Es Sirup Lemon, Kokopandan,” dan seterusnya. Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirup,“Andai aku seperti kamu”.

Sosok gula pasir dan sirup merupakan pelajaran tersendiri buat mereka yang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang ada keinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagai yang paling berjasa. persis seperti yang disuarakan gula pasir. kalau saja gula pasir sadar bahwa sebuah kebaikan kian bermutu ketika tetap tersembunyi. kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggi apa pun sirup dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir. Kalau saja gula pasir mengerti bahwa sirup terbaik justru yang berasal dari gula pasir asli. Kalau saja para penggiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan ada ungkapan, “Andai aku seperti sirup”.

Gula si Pemanis Paling Super Ini adalah cerita mengenai hebatnya salah satu teman kerja saya. Kehadirannya mampu membuat hidup saya dan juga termasuk anda sekalian terasa manis. Tanpa dia, hidup terasa hambar. Hehehehe. Mau kenalan dengan salah satu teman saya ini? Hummmmh, baiklah ikuti saja pemaparan saya berikut ini. Lets check it out...

Namanya adalah gula. Dia merupakan salah satu anggota keluarga karbohidrat yang paling eksis. Kenapa demikian? Karena dia selalu ada di sekitar kita semua dan paling sering nongol.  Beberapa orang mengenali dia dengan nama samaran atau nama alias, yaitu sukrosa (walaupun namanya lebih keren dikit, tapi better saya tetep panggil dia gula aja yah...). Dia mampu memberikan energi yang cukup besar, yaitu 4 kkal per gramnya.

Banyak orang dengan mudah mengenali karakter dia. Top term yang langsung muncul ketika disebut namanya pasti tak lain dan tak bukan adalah MANIS. Yup, fungsi utama dia adalah memang sebagai pemanis. Biasanya dia dibuat dari tanaman tebu (Sacharum officinarum) yang memang kaya akan sukrosa di dalamnya.

Pernah suatu ketika dia ini menceritakan kehidupan pribadinya pada saya. Begini kisahnya: si gula ini konon mempunyai fans yang sangat banyak. Ibu-ibu, anak-anak, bapak-bapak penyuka kopi, laki-laki, perempuan atau siapapaun itu sangat mengidolakannya. Namun, entah kenapa belakangan ini dia juga mulai dihindari. Banyak orang yang protes menjadi diabetes karenanya. Bahkan menurut info dari WHO, total penderita diabetes mellitus di Indonesia, saat ini sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 jiwa pada tahun 2025 mendatang. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat keempat penderita diabetes terbesar setelah China, India, dan Amerika.

Atas adanya berita ini, gula menjadi serba salah. Di satu sisi ia ingin sekali tetap memberikan yang terbaik untuk semua idolanya, tapi di satu sisi ia harus rela dicap sebagai biang keladi penyebab kematian. Huft,,, sungguh dilema. Karena berita ini pula, pamor gula mulai diusik oleh pemanis jadi-jadian yang diciptakan para ilmuwan. Ada yang namanya aspartam, acesulfame-K, sakarin, sukralosa, neotam, alitam dan komplotan lainnya. Mereka semua mencoba peruntungannya untuk menjadi idola menggantikan gula. Namun, sayang sekali dari sekian banyak itu tak ada satupun yang mampu menyaingi nyamannya rasa manis gula ini. Dia sungguh pemanis paling super yang dikenal banyak orang. Hidup gula...

Hehehehehe. Itulah kisah tentang salah satu sahabat saya. Gula si pemanis paling super. Nah, sudahkan teman-teman semua seperti gula yang tetap diidolakan banyak orang dan membuat iri si pemanis lain? Selamat memaniskan orang tua, saudara, sahabat, guru, rekan kerja, dan semua orang...

7 Hal yang Menyebabkan Kuliah Lama Selesai


1. Kuliah karena terpaksa
Melihat anaknya diwisuda adalah kebanggaan bagi setiap orang tua. Dari lubuk hati setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi seorang yang pintar dan sukses. Bahkan memaksa anaknya untuk kuliahpun bisa saja mereka lakukan.. Berawal dari sebuah keterpaksaan inilah maka ketika sudah menjadi mahasiswa, dia enggan untuk serius dalam kuliah, apalagi pengen cepat-cepat diwisuda.

2. Salah jurusan
Kalah dalam persaingan SPMB/UM PTN/PTS yang memiliki jurusan-jurusan favorit, menyebabkan banyak mahasiswa memilih jurusan lain (yang tidak diminati) sebagai pelarian ketika tidak diterima. Tujuannya adalah agar mereka tetap bisa kuliah meski jurusan itu bukan yang diminati.

3. Terlalu menikmati kebebasan karena jauh dari ortu
Anak Mami kalau kita sering sebut, terkadang juga menjadi faktor kuliah lama. Rendahnya pengawasan dari orang tua (jauh dari ortu) terkadang kebebasan itu dimanfaatkan secara berlebihan. Kerjanya maen, pacaran, begadang tiap malam, nongkrong sana-sini dan lain-lainnya.

4. Sibuk mengikuti organisasi kemahasiswaan ataupun Ormas
Tingkat Intelegency Emotional (IE) yang lebih besar daripada IQ mendorong mahasiswa untuk lebih senang berorganisasi, bersosialisasi, bertukar pikiran dan melakukankegiatan-kegiatan atau bergabung dengan Ormas daripada belajar. Kesibukannya itu terkadang menghabiskan uang, tenaga, pikiran dan juga waktu sehingga kuliah terabaikan dan bukan prioritas lagi.

5. Menekuni hobi secara berlebihan
Soft Skill yang dimiliki mahasiswa mendorong untuk menjadi hobi. Hobi kalau dilakukan secara wajar itu baik, tapi kalau berlebihan, pasti mengganggu kegiatan lainnya. Beberapa hobi seorang mahasiswa antara lain: ngegame, ngeband, billiard, Playstation, ngenet, Futsal, dll.

6. Bisa mendapatkan uang sendiri (kerja)
Kerja terkadang dibutuhkan bagi mahasiswa, terutama yang kurang mampu ataupun untuk menambah uang saku. Tetapi tidak sedikit pula dari mereka yang terlena dengan pekerjaannya itu. Alasannya simple, ujung akhir dari kuliah adalah mendapat gelar sarjana yang bisa digunakan sebagai sarana untuk mencari kerja sehingga menghasilkan uang. kalau kuliah saja sudah bisa punya uang sendiri, kenapa harus buru-buru lulus? Makanya mereka lebih senang kerja daripada ngurusin kuliahnya.

7. Tidak adanya jaminan kerja setelah lulus
Tidak adanya jaminan inilah yang paling banyak membuat mereka lebih milih lama kuliah daripada lama nganggur.. Prinsipnya : Rezeki itu sudah ada yang ngatur, dan kalau sudah rejeki, gak bakal kemana. Jadi, buat apa cepat-cepat lulus kalau ujung-ujungnya nganggur? Yang sudah sarjana saja banyak yang nganggur kok.

SUMPAH PEMUDA


SOEMPAH PEMOEDA 

Pertama : 
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA 

Kedua : 
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA 

Ketiga : 
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA 

Djakarta, 28 Oktober 1928 

Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928 1928.

Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
  1. Abdul Muthalib Sangadji 
  2. Purnama Wulan 
  3. Abdul Rachman 
  4. Raden Soeharto 
  5. Abu Hanifah 
  6. Raden Soekamso 
  7. Adnan Kapau Gani 
  8. Ramelan 
  9. Amir (Dienaren van Indie) 
  10. Saerun (Keng Po) 
  11. Anta Permana 
  12. Sahardjo 
  13. Anwari 
  14. Sarbini 
  15. Arnold Manonutu 
  16. Sarmidi Mangunsarkoro 
  17. Assaat 
  18. Sartono 
  19. Bahder Djohan 
  20. S.M. Kartosoewirjo 
  21. Dali 
  22. Setiawan 
  23. Darsa 
  24. Sigit (Indonesische Studieclub) 
  25. Dien Pantouw 
  26. Siti Sundari 
  27. Djuanda 
  28. Sjahpuddin Latif 
  29. Dr.Pijper 
  30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken) 
  31. Emma Puradiredja 
  32. Soejono Djoenoed Poeponegoro 
  33. Halim 
  34. R.M. Djoko Marsaid 
  35. Hamami 
  36. Soekamto 
  37. Jo Tumbuhan 
  38. Soekmono 
  39. Joesoepadi 
  40. Soekowati (Volksraad) 
  41. Jos Masdani 
  42. Soemanang 
  43. Kadir 
  44. Soemarto 
  45. Karto Menggolo 
  46. Soenario (PAPI & INPO) 
  47. Kasman Singodimedjo 
  48. Soerjadi 
  49. Koentjoro Poerbopranoto 
  50. Soewadji Prawirohardjo 
  51. Martakusuma 
  52. Soewirjo 
  53. Masmoen Rasid 
  54. Soeworo 
  55. Mohammad Ali Hanafiah 
  56. Suhara 
  57. Mohammad Nazif 
  58. Sujono (Volksraad) 
  59. Mohammad Roem 
  60. Sulaeman 
  61. Mohammad Tabrani 
  62. Suwarni 
  63. Mohammad Tamzil 
  64. Tjahija 
  65. Muhidin (Pasundan) 
  66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda) 
  67. Mukarno 
  68. Wilopo 
  69. Muwardi 
  70. Wage Rudolf Soepratman 
  71. Nona Tumbel 

Catatan :
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya"
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.

Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong.

Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
yaitu :
a. Kwee Thiam Hong
b. Oey Kay Siang
c. John Lauw Tjoan Hok
d. Tjio Djien kwie

16 Oktober 2011

Madu dan Racun Lisan

Secara kasat mata, lidah hanyalah bagian kecil dari organ tubuh manusia. Ia lentur, tidak bertulang. Namun, dibalik ‘kelembutannya’ itu, tersimpan kedahsyatan yang mampu menghantarkan manusia ke pintu gerbang kebahagiaan, sekaligus bisa menjerumuskan si empunya ke dalam kehinaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdullah bin Ma’ud, “Wahai lisan, ucapkanlah yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung! Diamlah dari mengucapkan yang buruk,buruk, niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!”

Laksana sebuah pedang yang terhunus, ia akan bermanfaat ketika si pemilik memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna. Begitu pula sebaliknya, ia justru akan berubah menjadi beban siapa saja, ketika ia tidak mampu memanfaatkannya dengan baik, atau menggunakan untuk ‘membabat’ siapa/apa saja, tak peduli dirinya sendiri. Tentu yang demikian ini, sangat membahayakan bagi keselamatan dirinya, ataupun orang lain. begitulah kira-kira analogi dari pada lisan.

Dan perlu diketahui, sejatinya lisan itu lebih berbahaya dari pedang, lebih beracun dari pada bisa, sebab, ia bisa membunuh tanpa harus melukai, bisa melumpuhkan, tanpa ada perlawanan (fisik). Kenapa?, karena lemparan peluru-peluru (baca: kata-kata) nya, langsung menghujam pada titik kelemahan manusia, hati. “Al-kalaamu yanfudzu maa laa tanfudzuhu ibaru (perkataan itu bisa menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum –hati-).

Imam Al-Ghazali telah menetapkan lisan (banyak bicara), sebagai racun pertama hati, yang menyebabkan manusia jauh dari cahaya Ilahiayah. Dalam kitab nya yang ternama, “Ihya’ Ulummidin” beliau banyak menerangkan tentang bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh lidah.

Saat ini, sepertinya kebanyakan manusia telah terseret ke lembah kehinaan lisan. Betapa mudah mereka mengumbar kata-kata, tanpa mempertimbangkan efek sampingnya, apakah itu membawa mashlahah (kebaikan), atau, justru sebaliknya, mafsadat (keburukan).

Lisan seseorang adalah merupakan cerminan dari baik dan buruk dan cerminan kualitas iman seseorang. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya, sehingga lurus lisannya. Dan seseorang tidak akan masuk surga apabila tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan lisannya." (HR. Imam Ahmad dan selainnya)

Macam-Macam ‘Bisa’ Lisan
Pada hakekatnya, banyak sekali jenis penyakit yang bersumber dari lisan ini. Sebagian, bisa menghantarkan mereka keluar dari Islam. Sebagian yang lain, melahirkan dosa yang besar, akan tetapi tidak menjatuhkan mereka ke pada kekafiran. Dan di antara penyakit itu adalah:

1. Ucapan Kufur
Ucapan kufur, merupakan ucapan paling buruk yang akan mengeluarkan kaum muslimin dari keimanan mereka. Barang siapa yang mengucapkannya dengan penuh kesadaran, missal, “Saya mengakui bahwa ada Tuhan selain Allah”, maka, secara langsung ia difonis sebagai orang murtad alias kufur (keluar dari Islam).

2. Ucapan Yang Mendekati Kekufuran
Saat ini, sepertinya tidak sedikit orang yang terbawa oleh arus kebebasan yang kebablasan. Berlindung dengan dasar Hak Asasi Manusia (HAM), dengan berani mereka mengeluarkan pernyataan yang sangat bertentangan dengan syari’at. Misalnya, seorang muslim berani mengharamkan poligami dan menghalalkan nikah sejenis. Ketika mereka ditegur, mereka justu mengancam dengan dalih melanggar HAM. Pada intinya, hak-hak Allah yang tertera di dalam Al-Quran, ingin mereka letakkan dibawah HAM mereka yang berdasarkan hawa nafsu.

3. Berbohong
Berbohong merupakan istilah yang tidak asing di telinga. Kita sering mendengarnya. Tapi, dalam kontek kehidupan, kita sering menyampingkannya. Padahal efek dari prilaku ini sangat luar biasa, minimal, ia akan menyebabkan si pelaku tidak tenang, terus bimbang dalam menjalani kehidupannya. Sebagaimana sabda Rosul, “Sesungguhnya kebenaran itu (membawa) ketentramandan kebohongan itu (mengakibatkan) kebimbangan.” (HR. Tirmidzi).
Dan bohong yang tingkatannya paling tinggi adalah, berbohong kepada Allah, Rosulnya, dan bersaksi dengan kesaksian yang palsu (terkecuali kalau dihadapan musuh). Dan contoh bahwa seseorang telah berbohong kepada Allah dan Rosul-Nya, ia memberikan penjelasan (fatwa), bahwa Allah dan Rosul-Nya telah berkata demikian, padahal itu bohong. Firman Allah, “Maka tidak ada kedzoliman yang lebih berat selain orang-orang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya.” (Al-‘Araf: 37).

4. Ghibah
Ghibah, menggunjing atau menggosip. Sebagaimana didefinisikan oleh Rosulullah, bahwa ghibah adalah jika , “Engkau menyebut/menceritakan saudaramu dengan ucapan yang (jika dia di depanmu) dia akan membencimu….” (HR. Imam Muslim).
Ditinjau dari segi hukum, ghibah adalah haram. Allah mengumpamakan orang yang doyan me-ghibah adalah mereka yang senamg memakan daging saudaranya yang sudah mati. Firman Allah, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya kamu merasa jijik kepadanya……” (Al-Hujurat: 12)
Di tengah arus informasi saat ini, ghibah telah menjadi sesuatu yang dikomersialkan, dan disenangi oleh sebagian orang. Acara infortaiment, adalah jenis ghibah di era modern. Cukuplah firman Allah di atas sebagai teguran bagi kita untuk menjauhi prilaku ghibah ini, apapun wujud perubahannya.

5. Fitnah
Rasa dengki dan iri hati terhadap kesuksesan/kebahagian seseorang, seringkali menjadi pemicu untuk memfitnah orang tersebut. Mencari-cari kelemahan, kemudian menyebarkannya ke pada khalayak umum, adalah wujud dari fitnah itu sendiri. Hal ini sangat dibenci oleh Allah dan Rosul-Nya, bahkan ia (fitnah) dikategorikan lebih kejam dari pada pembunuhan.

Banyak sekali ancaman Allah melalui lisan Rosul-Nya mengenai balasan bagi mereka yang suka memfitnah, salah satunya adalah hadits berikut ini, “Orang-orang yang suka mengumpat, mencela, mengadu domba, dan mencari-cari aib orang lain bakal digiring di masyar nanti dengan wajah berupa anjing.” (HR. Abu Syaik dan Ali bin Harits).

6. Sikhriyyah
Manusia diciptakan dengan diliputi oleh beberapa kelebihan dan kekurangan. Satu sama lain, pasti mempunyai dua hal ini, kelebihan dan kekurangan. dan untuk melengkapi antar mereka, maka manusia harus saling membantu, bukan dengan saling mencemooh antar satu sama lain. “Laa tahtakir man duunaka falikulli syain maziayatun.” (janganlah meremehkan siapa saja yang lebih rendah dari padamu, karena setiap sesuatu itu memiliki kelebihan). Demikianlah pribahasa Arab menggambarkan, betapa manusia itu jauh dari kesempurnaan.

Sayangnya, kadang karena dorongan hawa nafsu, secara tidak sadar/sadar kita telah meremehkan seseorang, baik itu dengan ucapan, tindakan ataupun dengan isyarat. Secara logika, sebenarnya kita pun menolak ketika ada seseorang yang meremehkan kita, sebab itu, kita harus menghindari perbuatan tercela ini. dan perlu diperhatikan, bahwa, belum tentu orang yang kita perolok-olokkan itu, lebih buruk dari pada kita yang mengolok-ngolokkan, bahkan, bukan suatu kemustahilan, ia lebih baik dari pada kita. Simaklah firman Allah berikut ini, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolo-ngolokkan kaum yang lain. (karena) boleh jadi mereka (diperolokkan) itu lebih baik dari pada mereka (yang memperolokkan).” (Al-Hjurat: 11)

7. Sibabah
Sifat ashabiah (kekelompokkan/kesukuan), kini telah menjakiti sebagian kaum muslimin. Tak jarang karena sifat ini telah mendarah daging, mereka mencela kelompok yang lain, yang tidak sejalan dengan perilaku mereka. Padahal, perselisihan di antara mereka, -hanyalah- perselisihan furu’iah, bukan yang ushul. Jangankan kita, yang masanya jaraknya jauh dengan masa Rosulullah, para sahabatpun, yang hidup di zaman Nabi, juga pernah berselisih pendapat. Masalahnya, perbedaan pendapat di jaman sahabat, tidak menjadikan merenggangkan tali persaudaraan mereka.

Lihat lah fenomena saat ini, karena kelompok lain tidak mengamalkan bacaan ini dan bacaan itu, amalan ini dan amalan itu, dengan mudah mereka menyalahkan antar satu sama lain, bahkan tak jarang juga mereka saling menyesatkan. Pebuatan macam inilah yang kemudian disebut dengan sibabah.

Hal ini sangat dilarang, sebagaimana sabda Rosul, “Mencela orang muslim itu menyebabkan kefasikan dan membunuhnya menyebabkan kekufuran.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sikap mencela, bukan hanya dilarang untuk sesama muslim, terhadap waktu, angin, ayam jantan yang berkokok, juga berlaku demikian. Sabda Nabi, “Janganlah kamu mencela angin karena angin itu sebagian dari ruh (kekuasaan) Allah.” (Al-Hadits).

8. Memberi Dukungan Yang Buruk
Bukan suatu yang rahasia lagi, kalau ada sebagian orang, atas nama menjaga kekompakan, mereka sepakat untuk melakukan suatu makar, sayangnya, makar tersebut merupakan makar kemaksiatan. Seperti mencuri, menyuap, dan lain sebagainya. Saling mendukung dalam kejelekan/kemaksiatan semacam ini haram hukumnya, sekalipun ia tidak terlibat dalam tindakan makar tersebut. Allah berfirman, “Barang siapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian dari dosanya.” (An-Nisa’: 85)

9. Gemar Mengucapkan Sumpah
Seringkali seseorang karena kepepet, dan demi meyakinkan lawannya, dengan mudah ia bersumpah atas nama Allah. prilaku umbar sumpah, merupakan prilaku buruk, yang seharusnya tidak dilakukan oleh orang-orang mukmin. Firman Allah, “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang banyak bersumpah lagi hina.” (Al-Qalam: 10)

10. Li’an
Li’an adalah memvonis orang dengan ucapan laknat. Sebagai seorang mukmin, kita dilarang keras untuk melaknat sesama saudara seiman. Ketika kita melakukannya, berarti, kita telah membunuh saudara kita sendiri. Rosulullah bersabda, “Mengucapkan laknat kepada orang mukmin (sama halnya) dengan membunuhnya.” (HR. Bukhari Musliam dan Duhhak)

Demikianlah di antara penyakit lisan, yang bisa membahayakan nasib kita (si empunya lisan) dan orang lain, di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak. Dan dalam rangka mencegah itu semua, perlu kiranya kita mengerjakan beberapa hal berikut ini:
  1. Senantiasa meminta pertolongan kepada Allah atas bahaya lisan kita.
  2. Basahilah ia dengan dzikir.
  3. Berfikir terlebih dahulu (akan manfaat dan mudharat) sebelum bertutur.
  4. Ketika kita menyadari akan kekeliruan ucapan kita, beristighfarlah, dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
  5. Jauhkanlah diri dari kebiasaan mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat. "Di antara ciri kebaikan Islam seseorang adalah ketika bisa meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat." (H.R. Tirmizi dan Ibnu Majah).
  6. Janganlah berbicara berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu.
Demikianlah di antara tips-tips yang akan membebaskan kita dari racun lisan. Mudah-mudahan, Allah menggolongkan kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjaga dan menghiasi lisan dengan dzikir-dzikir cinta, cinta kepada Allah.

Akhirul kalam, Keselamatan seorang manusia juga terletak dalam menjaga lidahnya. Allah menyeru umat-Nya agar menggunakan lidah untuk berzikir dan menyebut nama-Nya.

Nabi bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata benar atau diam." (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain ditegaskan, "Simpanlah lidahmu, kecuali untuk perkataan yang baik. Dengan bersikap seperti itu, engkau dapat mengalahkan setan." (H.R. Ibnu Hibban)

Pesan Nabi menegaskan agar kita harus berbicara yang baik dan benar atau lebih baik diam jika tak mampu. Wallahu ‘alam bis-shawab

10 Rahasia Sukses Orang-Orang Jepang


Apa sajakah sikap-sikap orang Jepang yang bisa kita contoh biar bisa sukses kayak bangsa mereka ? Berikut adalah 10 rahasia Sukses orang Jepang :

1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.

Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

15 Oktober 2011

Karakteristik SDM di Masa Mendatang : Peluang Dan Hambatan


“Mau tidak mau, siap tidak siap, terasa atau tidak” kita telah memasuki sistem perdagangan bebas yaitu zaman globalisasi. Bagi suatu lembaga ekonomi, agar mampu bertahan dalam menjalankan proses perubahan serta penyesuaian pada kondisi perekonomian hendaknya mempunyai keunggulan kompetitif yang melekat sebagai ciri dari lembaga ekonomi yang bersangkutan. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk membangun suatu keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Entah karena kesadaran kurangnya kualitas, entah terpaksa atau alasan lain dari sejumlah daerah telah memikirkan pembenahan SDM, setiap daerah membangun fundamen SDM jangka panjang sebagai syarat yang tidak bisa ditawar lagi bagi berhasilnya otonomi nyata daerah. Kualitas SDM merupakan faktor utama di dalam pemberdayaan ekonomi daerah, karena potensi sumberdaya ekonomi tidak dapat dikelola secara maksimal jika tidak terdapat synergi dengan Sumberdaya Manusia yang berkualitas.

Sumberdaya Manusia di Masa Mendatang
Banyak sudah ramalan tentang masa depan Sumberdaya Manusia (SDM). Apapun ramalannya, namun kita tidak bisa bergeser dari kenyataan bahwa wajah kehidupan seperti sekarang ini, sebagian ditentukan oleh intelektualitas manusia. Sebab, sebagaimana kita telah tahu, masa depan sebagian ditentukan oleh tindakan-tindakan manusia. Apa yang kita lakukan hari ini, secara signifikan mempengaruhi wajah esok hari. Terasa atau tidak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sudah demikian pesat pada dasawarsa terakhir ini. Komunikasi informasi telah membawa kemajuan dan perubahan disegala bidang terutama kemajuan untuk menciptakan kualitas Sumberdaya Manusia yang berkeahlian, cakap, terampil berbudaya dan berbudi luhur dalam menghadapi peluang dan tantangan di masa yang akan datang. Oleh karena itu dalam kondisi saat ini, amat dan teramat penting kita mengkonsentrasikan diri pada pengelolaan intelektualitas manusia.

Thomas A Stewart mengistilahkan Intellectual Capital , modal intelektual terdapat di tiga tempat: personel, sistem, dan pelanggan. Dengan demikian, usaha menciptakan SDM di masa depan sebaiknya mulai dari sini. Meminjam istilah Gede Prama seorang direktur SDM sebuah perusahaan swasta, ketiga istilah itu menyebutnya “segi tiga masa depan”. Ibarat kuda, segi tiga inilah kuda pacuan untuk lari ke masa depan.

Setiap perbaikan dalam segi tiga selalu memberi kontribusi amat besar. Lihat saja perusahaan-perusahaan besar mengagumkan di melinium ke dua berumur panjang seperti IBM, Microsoft, Sony, Matsushita. Hampir setiap sudut segi tiganya tampil mengagumkan. Dari mana usaha perbaikan masa depan SDM sebaiknya dimulai ? lebih lanjut disampaikan, amat dan teramat penting membuat learning machine dalam setiap organisasi. Sebab dari sinilah datangnya energi perbaikan.

Pertama, menembus langit-langit pikiran. Di zaman sekarang yang sulit ditembus adalah rasionalitas. Begitu sampai dalam batas rasionalitas, maka banyak orang beranggapan bahwa mereka sudah sampai di ujung cakrawala pikiran. Kedua, membuat semacam knowing in action department . Atau membuat departemen yang tugasnya membuat apa yang diketahui dan yang bisa dilakukan. Sehingga membuat kebanyakan informasi dan pengetahuan sebagai hidden resources . Ketiga, menggunakan learning ratio sebagai salah satu barometer kinerja. Artinya, seberapa besar porsi belajar dari setiap aktivitas kerja, penting untuk diamati dan dihargai lebih tinggi dibanding dengan pekerjaan itu sendiri.

Kecenderungan yang timbul dan berpengaruh langsung terhadap kualitas Sumberdaya Manusia dengan semakin kompetitifnya persaingan akhir-akhir ini, mengharuskan suatu organisasi/ perusahaan untuk dapat memiliki keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Kecenderungan ini dapat terlihat dengan adanya paradigma baru, yaitu keunggulan komparatif (tenaga kerja banyak dan murah, sumber kekayaan alam yang melimpah dan sebagainya) tidak lagi bisa memberi kepastian bagi kemajuan dan keunggulan kompetitif. Paradigma baru justru merujuk pada asumsi bahwa hanya bangsa-bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan diri pada Sumberdaya Manusia yang berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan berhasil meraih kemajuan dalam situasi global yang penuh dengan persaingan ketat.

Karakteristik Sumberdaya Manusia di Masa Mendatang
Standarisasi karakter Sumberdaya Manusia merupakan alternatif menuju format baru standarisasi kualitas SDM di masa depan. Karakteristik adalah suatu ciri khas yang dimiliki oleh seseorang/lembaga organisasi yang sudah melekat padanya. Oleh karena itu, karakteristik SDM di masa datang hanya bisa di rencanakan, sulit untuk ditentukan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) demikian pesat pada dasawarsa terakhir ini. Komunikasi informasi telah membawa kemajuan dan perubahan disegala bidang terutama kemajuan untuk menciptakan kualitas Sumberdaya Manusia yang berkeahlian, cakap, terampil berbudaya dan berbudi luhur dalam menghadapi peluang dan tantangan di masa yang akan datang.

Karakteristik Sumberdaya Manusia dimasa datang seperti yang diharapkan Mc Greger dalam teori Y meliputi: (1) bekerja adalah kodrat manusia; (2) rata-rata manusia mau belajar, dan bertanggung jawab; (3) Daya imajinasi yang tinggi untuk memecahkan masalah; (4) hukuman bukan merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan; (5) penghargaan yang diterima karena prestasi; dan (6) organisasi hendaknya memberikan peluang pada setiap karyawan. Dalam teori Y ini dapat lebih mengarah ketercapainya motivasi yang lebih tinggi dan menaikkan kemungkinan terpenuhinya kebutuhan individu dan tujuan organisasi. Selain itu dasar utama teori Y ini adalah integrasi dan kerjasama. Dengan integrasi, para karyawan dapat mencapai tujuan mereka sendiri melalui sumbangannya dalam berorganisasi.

Untuk membentuk karakteristik kualitas Sumberdaya Manusia yang tangguh, memiliki keunggulan kompetitif berkesinambungan harus dibarengi dengan jiwa kewirausahaan yang bermoral tinggi. Memang merupakan suatu yang mudah untuk meniru satu hal, tetapi akan lebih sulit untuk meniru banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Hal ini disebabkan karena perubahan membutuhkan sesuatu yang lebih komprehensif, dan juga karena diperlukannya kemampuan untuk memahami system praktek-praktek menejemen. Hanya SDM yang berjiwa interpreneurship , profesionalisme , dan bermoral tinggi-lah nasib bangsa di masa depan bisa kita harapkan.

Peluang dan Hambatan
Pengaruh lingkungan global, regional maupun nasional akan dapat menjadi peluang bagi pembangunan daerah yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya dan secara optimal bagi pembangunan daerah. Salah satu peluang yang langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan dengan adanya pengaruh global, regional maupun nasional adalah semakin merangsang untuk meningkatkan kualitas SDM yang mampu bersaing baik dipasaran regional, nasional maupun internasional. Dari momentum ini diharapkan nilai SDM akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan dalam proses peningkatan nilai tambah SDM, akan membuka kesempatan lapangan kerja masyarakat di daerah. Globalisasi informasi melalui kemajuan teknologi komunikasi serta mobilitas penduduk di dunia yang tinggi, menyebabkan kontak antar bangsa semakin baik dan merupakan peluang bagi Negara berkembang untuk meningkatkan pengelolaan sumber kekayaan alamnya, yang pada gilirannya mendukung pembangunan nasional. Perkembangan IPTEK di Negara maju secara pesat merupakan peluang bagi pengembangan pengelolaan sumber kekayaan alam. Konsekuensi strategisnya ini hanya mengandalkan diri pada Sumberdaya Manusia yang berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan berhasil meraih kemajuan dalam situasi global yang penuh dengan persaingan ketat.

Di sisi lain hambatan-hambatan yang dihadapi karena rendahnya mutu kualitas SDM yang masih cukup serius baik secara nasional maupun daerah, maka dalam menghadapi pasar global (AFTA) yang yang berlaku mulai tahun pada 2003 dan APEC 2020 nantinya sesungguhnya merupakan potensi pasar sekaligus potensi masalah yang akan dihadapi oleh daerah sehubungan upaya mewujudkan masyarakat yang siap bersaing dan berwawasan global. Sebagaimana diketahui bahwa pasar global mempersaratkan daya saing tinggi, yang hanya dapat dicapai melalui peningkatan efesiensi, produktifitas dan kualitas SDM.

Kesimpulan Memang disadari masalah rendahnya kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) khususnya di daerah merupakan kondisi umum terjadi di Indonesia. Sementara upaya meningkatkankan kualitas SDM agar selaras dengan kemajuan perekonomian dunia merupakan isue sentral yang sampai sekarang belum terselesaikan secara tuntas. Karena itu bagi daerah otonom bila ingin memanfaatkan masalah pendidikan, pada posisi sebagai potensi yang diharapkan harus mampu menjawab berbagai tantangan global, maka masalah utama yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mendidik, melatih, dan membina SDM untuk menjadi manusia yang benar-benar unggul, terampil, dinamis, produktif, inovatif, rasional, ekonomis dan berwawasan global.