31 Agustus 2011

Dasar-dasar Etika: Sebuah Pengantar Singkat

"There is no such thing as good or evil
There is no universal right or wrong
There is only you...
and the values you choose for yourself."


Abstraksi
Persoalan moralitas merupakan hal pelik, dan pada saat yang sama hal tersebut dengan sangat mudah kita temukan dalam keseharian kita. Moral, bagaiamanapun ia dipahami, tidak bisa dilepaskan dari suatu sikap justifikasi akan sesuatu. Pada persoalan justifikasi inilah, moral begitu perlu untuk dikritisi. Hal ini disebabkan, pada kenyataannya, sistem moral tidak tunggal, melainkan pusparagam. Dengan demikian, ketika moral memasuki ruang publik, tidak menutup kemungkinan menciptakan atau mengkondisikan benturanbenturan atau gesekangesekan antara sistem moral yang satu dengan sistem moral yang lain. Tulisan berikut hendak memberikan gambaran umum dengan sangat singkat persoalan tersebut, dari sudut filosofis

Pendahuluan
Penghayatan moral dalam tradisi pemikiran ditempatkan dalam etika. Ia bukan melulu disiplin pembahasan mengenai sikap praktis moral. Akan tetapi, etika melangkah lebih jauh, memertanyakan apa baik dan buruk itu. Kenapa suatu perbuatan bisa disebut baik dan buruk. Dari mana keputusan bahwa tindakan itu disebut baik dan buruk. Ringkasnya, etika lebih memertanyakan nilai suatu perbuatan dan persoalan terkait dengannya. Di sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa moral dan filsafat berkaitan erat

Pengertian Moral
Secara etimologis moral berasal dari kata Latin moralis yang berarti kebiasaan, adat-istiadat, perilaku, tata cara. Moral sering disamakan dengan kata Yunani ethos. Dalam pengertian umum moral diartikan sebagai baik atau buruk suatu tindakan. Dan perbuatan tersebut hanya dialamatkan pada manusia. Hampir bisa dipastikan buku atau ensiklopedi mengartikan moral tidak jauh mengaitkannya dengan baik atau buruk suatu perbuatan manusia, paling tidak sedikitnya mengandung pengertian tersebut

Paul Newall (2005) mengatakan,

“In simple terms, morality is the right or wrong (or otherwise) of an action, a way of life or a decision….”

Sedangkan James Rachel mengartikan moral sebagai,

 “Morality is, at the very least, the effort to guide one's conduct by reason --that is, to do what the are the best reasons for doing-- while giving equal weight to the interest of each individual who will be affected by one's conduct (dalam Musa Kazhim, 2006)”

Blackwell Dictionary of Western Philosophy mengartikan sebagai, 

Being moral concerns human actions that can be evaluated as good or bad and right or wrong. These actions are in our power and we can be held rensponsible for them. If a persons actions conform to rules of what is morality right, he said to be moral. If he violates them, he is immoral or morally wrong. Amoral action…is morally value-free, that is, neither right nor wrong (Bunnin & Yu, 2004: 443).”



A.R. Lacey (1996) mengartikan, 
“Concerning habits, customs, ways of life, especially when these are assested as good or bad, right or wrong. Ethymologically the Latin ‘moral’ corresponds to the Greek ‘ethical’. They both mean ‘concerning habits, etc’. ‘Ethical’ and ‘unethical’ tend often to be used of considerable behaviour directed at interests other than those of the agent, at any rate where the agent is an individual person.”

Dari pemaparan tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa moral berkaitan dengan suatu tindakan, perilaku, kebiasaan yang bisa diatributkan dengan nilai baik atau buruk, salah atau benar. Moral juga selalu berkaitan dengan manusia. Dengan demikian, ada suatu tindakan yang tidak bisa kita atributkan dengan nilai baik atau buruk, salah atau benar. Hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai moral, melainkan amoral. Dan ada perbedaan antara amoral dengan imoral. Amoral diartikan sebagai perbuatan yang tidak mengandung nilai moral, sedangkan imoral diartikan sebagai perbuatan yang menentang moral

Problem Moral
Sampai sini moral dimaksudkan berkaitan dengan baik atau buruk, salah atau benar suatu tindakan. Permasalahannya adalah bagaimana menentukan kriteria baik atau buruk, baik atau benar suatu tindakan? Apakah moral itu berada di luar atau independen dari kesadaran kita? Apakah moral itu bersifat absolut? Apakah baik menurut saya harus baik menurut orang lain? Apakah boleh memaksa kepada setiap orang agar mengikuti moral yang kita yakini? Apakah tujuan itu membenarkan segala cara? Apakah tindakan benar atau buruk itu tergantung dengan situasi? Apakah moral berarti mengikuti peraturan belaka? Apakah keputusan moral itu diputuskan dengan menggunakan fakultas rasio atau hati? Apakah moral itu eksis karena agama? Haruskah kita menolong ibu terlebih dahulu ketimbang orang lain? Apakah manusia itu egois atau tidak egois? Apakah manusia itu pada dasarnya baik atau buruk? Apakah kita harus mengikuti hati nurani dalam mengambil keputusan moral? Apakah moral itu merupakan suatu ungkapan perasaan melulu? Apakah kita harus berbuat baik walaupun dengannya kita mendapatkan kematian? Apakah binatang bermoral? Dan sebagainya

Di sinilah letak permasalah moral yang ada. Dengan demikian, moral tidak cukup sekadar diterima, melainkan perlu diperiksa. Itulah yang dimaksud dengan etika. Etika hendak menjawab berbagai permasalahan moral

Etika
Etika merupakan salah satu cabang filsafat. Dalam pembagian klasiknya, filsafat terdiri dari filsafat teoritis dan filsafat praktis. Etika masuk ke dalam filsafat praktis

Pengertian Etika
Apa itu etika? secara etimologis etika berasal dari kata Yunani ethikos. Secara terminologi etika diartikan sebagai,
“That study or discipline which concerns itself with judgements of approval dan disapproval, judgments as to the rightness or wrongness, goodness or badness, virtue or vice, desirability or wisdom of actions, dispositions, ends, objects, or states of affairs (Meta-Encyclopedia of Philosophy, 2007).”
Itu juga terkadang etika dipetukarkan dengan filsafat moral. Karena pada dasarnya etika merupakan sebuah disiplin untuk secara sistematis memahami hakikat moralitas, yakni bagaimana seharusnya manusia hidup dan mengapa harus begitu. Ia juga studi tentang serangkaian nilai dan pedoman hidup, serta justifikasi untuk masingmasing-nya


Dalam etika segala hal justifikasi dan pengetahuan atasnya dipertanyakan dan dipertanggungjawabkan

Ruang Lingkup Etika
Etika membicarakan segala perbuatan yang berkaitan dengan manusia dengan lingkup kehidupannya. Karenanya ruang lingkup etika banyak berkutat pada manusia. Dengan demikian, etika juga berurusan kepada persoalan manusia sebagai manusia. Bukan manusia sebagai dosen, mahasiswa, supir, rektor, pustakawan, tukang sapu, dll. Boleh jadi dosen bisa baik dalam mengajar (sebagai dosen), namun kebaikan dosennya tidak menjamin ia baik secara manusia. Itu juga bisa dimengerti bahwa ada suatu perbuatan yang tidak mengandung nilai moralitas, yang disebut sebagai amoral

Epistemologi Moral
Dalam kaitannya dengan permasalahan moral, pertanyaan tersulit adalah dari mana kita bisa memutuskan suatu itu baik atau buruk, benar atau salah? Bisakah kita mengetahui bahwa menyiksa anak tidak berdosa adalah perbuatan tidak bermoral? Lebih jauh, bisakah kita mengetahui baik atau buruk itu? Mengetahui salah dan benar? Apakah mungkin mengetahui hal tersebut? Sejatinya, epistemologi moral mendedahkan permasalahan tersebut, persoalan pengetahuan dan justifikasi tentang moral

Tiga Pendekatan Etika
Setidaknya ada tiga pendekatan dalam etika:
1. Etika Deskriptif
Pendekatan ini hendak menggambarkan perbuatan dari berbagai tradisi, kebiasaan dan kebudayaan. Bagaimana tradisi Muslim atau Kristian membicarakan hubungan seksual sebelum menikah, misalnya? Pendekatan atau etika deskriptif lebih mencari tahu bagaimana berbagai tradisi yang ada menyoal satu permasalahan sama. Karenanya, ia tidak pernah menjustifikasi suatu kebudayaan yang ada. Ia juga lebih bersifat mengkomparatifkan perbedaan cara masyarakat menjawab pertanyaan moral
Etika deskriptif lebih populer dalam kajian sosiologi dan antropologi. Mengingat sifatnya yang tidak menjustifikasi sistem moral suatu kebudayaan
2. Etika Normatif
Berbeda dengan deskriptif, etika normatif dalam mengkaji moralitas yang ada, bersifat sekaligus menjustifikasi. Ia mencari tahu apa sih yang dimaksud dengan baik atau buruk, benar atau salah, dan bagaimana kita mengetahuinya. Apakah nilai baik atau buruk itu bersifat intrinsik atau nonintrinsik. Etika normatif bertanya “apakah melakukan hubungan seksual sebelum nikah benar?”
3. Metaetika 
Studi yang menekankan tentang bagaimana gagasan etika berasal dan apa maknanya. Ia lebih bersifat kebahasaan atau pemaknaan atas segala ucapan moral. Apa yang kita maksudkan dengan ucapan “baik”? Pernyataan pisau ini baik apakah ekuivalen dengan “Dian itu baik”? apakah “baik” itu identik dengan “kebaikan”?

Teori-teori Etika
Terdapat banyak teori-teori etika. Namun demikian, dalam tulisan ini, setelah dilakukan riset kepustakaan, hanya memfokuskan pada empat teori, dengan alasan bahwa 1) semua teori yang ada bersinggungan dengan keempat teori tersebut; dan 2) semua pemikiran etika sekurang-kurangnya memercayai salah satunya

1. Absolutis
Teori ini menganggap bahwa kebenaran moral bersifat universal. Artinya ia bisa diterapkan di mana pun, kapan pun. Dengan demikian, ketika membunuh dianggap sebagai salah secara moral, maka nilai tersebut akan berlaku kapan pun dan di mana pun

Absolutis juga memercayai bahwa tindakan moral baik atau buruk, salah atau benar terdapat dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain, perbuatan itu buruk karena hal tersebut memang buruk, bukan karena hal lain. Dengan begitu, absolutis tidak menekankan hasil perbuatan, melainkan semata perbuatan itu sendiri

2. Relativis
Berbeda dengan absolutis, kaum relativis memercayai bahwa kepercayaan moral itu tidak universal. Setiap waktu atau tempat memunyai nilai moralnya sendiri, yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, membunuh itu mungkin salah bagi suatu kebudayaan tertentu. Akan tetapi, belum tentu dengan kebudayaan lain. Membunuh mungkin salah pada keadaan tertentu, tapi belum tentu pada keadaan lain
Sederhananya, relativis memercayai bahwa kebenaran moral itu tergantung situasi, waktu, tempat dan kebudayaan. Tidak ada moral objektif yang tertanam dalam dunia eksternal. Prinsip etika relativis memercayai bahwa moralitas merupakan hal subjektif_

3. Teleologis
Etika teleologis memercayai bahwa nilai moral itu ditentukan dari akhir atau hasil tindakan. Jika suatu perbuatan menghasilkan kebaikan, maka ia benar atau baik secara moral, begitu pun sebaliknya. Implikasinya teleologis menganggap bahwa nilai moral itu tidak intrinsik dalam tindakan. Buruknya suatu tindakan bukan karena perbuatan tersebut pada dasarnya salah, melainkan karena hasil dari tindakan tersebut

4. Deontologis
Kata deon berasal dari kata Yunani, berarti kewajiban. Dengan demikian, secara umum deontologis bisa diartikan sebagai teori moral yang menekankan kewajiban. Menurut teori ini perilaku moral didasarkan atas kewajiban. Ketika saya tidak berbohong, dalam pandangan ini, tindakan saya akan baik jika dilakukan semata kewajiban, bukan di luar itu. Pengin disanjung, misalnya. Karena untuk menentukan apakah suatu tindakan itu bisa disebut baik atau buruk tergantung alasan atau motifnya. Apakah saya melakukan sesuatu itu karena demi tujuan di luar tindakan tersebut atau karena semata saya harus melakukannya (baca: wajib)? Dalam prinsip deontologis, alasan pertama merupakan tindakan tidak bermoral, sedangkan alasan disebut terakhir merupakan tindakan bermoral
Deontologis juga menekankan bahwa tindakan itu benar atau salah berasal dalam dirinya. Deontologis menganggap bahwa membunuh itu salah, sebab dalam tindakan membunuh secara intrinsik memang jahat

Penutup
Betapa pun, moral pada dasarnya tidak bisa dijalani begitu saja. Ia perlu diperiksa atau dihayati. Setidaknya, seiring perkembangan waktu dan menyempitnya batas ruang maupun budaya, yang di mana pertemuan antarkultur sangat memungkinkan. Memeriksa atau menghayati moral merupakan keniscayaan

Dengan bantuan filsafat, moral lebih mudah dipahami dan dipraktikkan serta dipertanggungjawabkan. Dan pada dasarnya, hampir bisa dipastikan dalam kesehariannya, setiap orang beretika. Sebagai misal, kita bisa menemukan pendapat banyak orang mengenai keangkuhan Bush. Mulai dari pangkalan ojek, warung kopi, rumah tanggga, arisan, kampus, hingga pesantren, semuanya membicarakan tindakan Bush. Dalam membicarakan hal tersebut, mereka tidak hanya sekadar berbicara, melainkan turut melakukan suatu penilaian

Dengan etika atau filsafat moral, semua pernyataan atau penilaian kita tentang tindakan moral lebih dapat dipertanggungjawabkan

Bibliografi

  1. Adian, Donny Gahral. 2006. Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif.Jogjakarta: Jalasutra. 
  2. Audi, Robert (ed.). 1999. The Cambridge Dictionary of Philosophy 2nd ed. USA: Cambridge University Press. 
  3. Bagir, Haidar. 2005. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy-Mizan 
  4. Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. 
  5. Bertens, Kees. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia. 
  6. Bowie, Robert. 2004. Ethical Studies. 2nd ed. United Kingdom: Nelson Thomas Ltd. 
  7. Bunnin, Nicholas & Yu, Jiyuan. 2004. The Blackwell Dictionary of Western Philosophy. USA: Blackwell Publishing Ltd. 
  8. Concise Routledge Encylopedia of Philosophy. 2000. London: Routledge. 
  9. Eliade, Mircea (ed.). 1995. The Encyclopedia of Religion. vol. 10. USA: Simon & Schuster Macmillan. 
  10. Robinson, Dave & Garratt, Chris. 2004. Introducing Ethics. UK: Icon Books Ltd. 
  11. Kazhim, Musa. 2006. “Diktat Filsafat Moral”. naskah tidak diterbitkan. 
  12. Lacey, A.R. 1996. A Dictionary of Philosophy. 3rd ed. New York: Routledge. 
  13. Leaman, Oliver. 2001. A Brief Introduction to Islamic Philosophy. Polity Press. 
  14. Encyclopedia of Philosophy, “Metaethics”, dalam http://www.di-text.com/encyc/frame.html 
  15. Muththahhari, Murtadha. 2004. Filsafat Moral Islam. Jakarta: Al-Huda. 
  16. Muththahhari, Murtadha. 2002. Pengantar Ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Pustaka Az-Zahra. 
  17. Newall, Paul. 2005. Ethics. dalam http://www.galileanlibrary.org/int11.html 
  18. Stanford Encyclopedia of Philosophy. Ancient Ethical Theory. 2004. dalamhttp://www.plato.stanford.edu/entries/ethics-ancient/ 
  19. Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.Jogjakarta: Kanisius. 

Theory of cognitive moral development (CMD) – perkembangan moral kognitif

Berbeda dengan rerangka filsafat moral yang hanya mengevaluasi sikap sadar terhadap perilaku etis, teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD) bergerak lebih dalam ke lapisan bawah sadar jiwa manusia.

Teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD) menekankan kepada proses berpikir moral (moral thought process), apa yang dipikirkan seorang individu dalam menghadapi sebuah dilema etika (Mintchik & Farmer, 2009).

Piaget (1932) adalah peneliti pertama yang mengemukakan konsep perkembangan moral (moral development) dalam monografnya, The Moral Judgment of a Child.

Lebih lanjut, teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD) modern telah melahirkan nama Lawrence Kohlberg (Kohlberg et al., 1984), yang pada tahun 1950an memperluas gagasan Piaget sehingga mencakup penalaran remaja dan orang dewasa.

Di awal masa hidupnya, Kohlberg ikut serta dalam perpindahan ilegal orang-orang Yahudi yang selamat dari pembunuhan massal dari Eropa ke Palestina. Pengalaman itu memaksa rasa ingin tahunya atas beragam isu moral, misalnya perbedaan karakter antara orang-orang di Nazi Jerman yang membantu Yahudi meskipun berisiko kehilangan nyawa dengan orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan massal.

Selanjutnya, isu perbedaan pertimbangan moral yang ditentukan secara kognitif (the issue of cognitively defined differences in moral judgment) menjadi titik sentral dari upaya-upaya akademik Kohlberg dan terungkap dalam teorinya mengenai perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD).

Menurut Kohlberg, perkembangan moral kognitif terdiri atas enam tahap hirarkhis yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: prakonvensional (tahap 1 dan 2), konvensional (tahap 3 dan 4), dan pascakonvensional (tahap 5 dan 6).

Proposisi yang mendasari teori Kohlberg ini adalah: keputusan iindividu mengenai perilakunya berasal dari kemampuan individu itu untuk menganalisis kewajiban-kewajiban moralnya (Emler, Tarry and James, 2007).

Pada tingkatan prakonvensional, individu mempersepsikan aturan dan ekspektasi sosial sebagai hal-hal di luar dirinya; rasa takut akan hukuman adalah motivasi utama untuk mengikuti aturan-aturan sosial pada tahap ini.

Pada tingkat konvensional, individu mengidentifikasi dirinya dengan suatu kelompok sosial dan menginternalisasi aturan-aturan kelompok serta ekspektasi-ekspektasi dari orang lain di dalam kelompok, terutama orang yang memiliki autoritas. “

Pada tingkat pascakonvensional, seseorang mendiferensiasi self-esteem-nya dari aturan-aturan dan ekspektasi orang lain serta menentukan nilai-nilai pribadi terkait dengan prinsip-prinsip yang dipilihnya sendiri” (Wright, 1995, p. 17).

Sepanjang hidupnya, seorang individu berinteraksi dengan dunia luar dan bergerak setahap demi setahap menuju tingkatan-tingkatan moral yang lebih tinggi. Meskipun pertumbuhan moral seorang individu akan meningkat, laju peningkatannya tidak dapat dipastikan; tidak semua orang mencapai tahap konvensional, dan bahkan lebih sedikit yang bisa mencapai tahap pascakonvensional. Perbedaan tahapan perkembangan moral yang dicapai oleh setiap individu inilah yang mendasari perbedaan tingkah laku dan sikap (e.g., Kohlberg and Candee, 1984; Rest, Narvaez, Bebeau, and Thoma, 1999)..

Untuk menilai tahap perkembangan moral individu, Kohlberg menciptakan suatu metodologi wawancara yang dikenal dengan Moral Judgment Interview (Colby and Kohlberg, 1987).

Sains dan Sensibility : Apakah Manusia Memiliki "Sense Moral"?

"Ini merupakan karakteristik yang luar biasa dari masyarakat manusia bahwa sebagian besar hal-hal yang terbaik untuk kita-yang, paling mungkin untuk menghasilkan kebahagiaan sejati dan abadi-mengharuskan kita untuk melupakan beberapa kesenangan langsung."
-James Q. Wilson, Makna Moral

Dalam sebuah catatan kepada sekelompok orang muda, Mark Twain pernah menyarankan, "Selalu melakukan yang benar ini akan memuaskan beberapa orang dan mencengangkan sisanya.."

Pikiran orang-orang yang menakjubkan ini tentu menarik, namun kita memerlukan setidaknya ide umum mengenai bagaimana mendefinisikan "benar" sebelum kita dapat melakukannya. Bagaimana kita menentukan apa yang benar? Ini tidak semudah kedengarannya, meskipun fakta bahwa ada bidang studi yang luas yang ditujukan untuk topik yang digambarkan menggunakan istilah seperti "etika", atau "filsafat moral."Namun, filsuf yang tak terhitung menulis rak penuh buku selama ribuan tahun hampir tidak berkesudahan dapat meningkatkan pada usia-tua dogma "lain memperlakukan seperti Anda ingin diperlakukan." Albert Schweitzer diulang seperti ini: "Seorang pria benar-benar etis hanya ketika ia mematuhi dorongan untuk membantu semua kehidupan yang ia mampu membantu, dan menyusut dari melukai sesuatu yang hidup."

Tapi mengapa harus kita bahkan tertarik dalam membuka pertanyaan? Mengapa tidak hanya meninggalkan diskusi tentang etika dan moralitas untuk filsuf dan teolog?

Terlepas dari kenyataan bahwa agama dan moralitas kadang-kadang diperlakukan sebagai ide-ide dipertukarkan, standar moral yang penting apakah seseorang percaya pada kekuatan yang lebih tinggi atau tidak. Standar perilaku tertentu yang diperlukan untuk membuat masyarakat bekerja dan membangun dasar dengan mana manusia dapat berhubungan satu sama lain dengan aman dan nyaman. Jika garis etika pergeseran sesuai dengan kehendak, yang lain tidak dapat mengantisipasi respon kita atau memprediksi sikap kami pada masalah apapun. Kita semua memiliki keinginan kuat untuk tahu di mana kita "berdiri" dalam kaitannya dengan orang lain. Apakah mereka peduli tentang kami? Apakah kita peduli tentang mereka? Bagaimana kita tahu apakah hubungan kita dapat diandalkan? Umumnya, kita tahu "di mana kita berdiri" dengan orang lain berdasarkan perlakuan mereka terhadap kami dan tanggapan mereka terhadap tindakan kita. Kami memiliki hubungan terbaik dengan orang-orang yang kita merasa pasti akan bereaksi lebih atau kurang seperti yang kita harapkan. Karena kita tahu ini bekerja dua arah, kami berusaha untuk menjadi handal juga, untuk memperlakukan orang lain dengan hal yang sama dan menghormati bahwa kita mengharapkan mereka untuk memperluas kepada kita.

Dalam bukunya Makna Moral filsuf modern dan pendidik James Q. Wilson berpendapat bahwa ada etika "kecenderungan" yang umum untuk hampir semua orang. Meskipun ia memperingatkan bahwa "ini tidak berarti kita telah menemukan seperangkat aturan moral," ia juga percaya bahwa kebanyakan dari kita mencoba untuk menjaga hukum masyarakat keluar dari kekhawatiran yang lebih tinggi dari sekedar rasa takut akan pembalasan. Dia mencatat bahwa beberapa karakteristik manusia dihargai termasuk, "rasa kewajiban, keinginan untuk menyenangkan, kepercayaan pada keadilan, dan simpati bagi penderitaan orang lain."

Penemuan-penemuan dalam ilmu saraf selama dekade terakhir menunjukkan bahwa ada bahkan mungkin sesuatu yang semacam ini terprogram dalam otak kita. "Neuron Cermin" telah menciptakan cukup aduk sejak penemuan mereka oleh para ilmuwan Italia di tahun 90-an, dan studi berikutnya telah menghasilkan implikasi menarik.Daerah-daerah tertentu otak yang aktif tidak hanya ketika kita melakukan suatu tindakan diri kita sendiri, tetapi juga ketika kita menyaksikan tindakan yang sama yang dilakukan oleh orang lain. Banyak ilmuwan yakin bahwa mereka telah menemukan kursi kemampuan otak kita untuk internal mensimulasikan pengalaman orang lain. Sebagai European Science Foundation katakan, "Hari ini, neuron cermin jelas memainkan peran utama dalam pemahaman dari sejumlah fitur manusia, dari imitasi untuk empati."

Empati, tentu saja, adalah bagian dari apa yang memungkinkan kita untuk "memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan." Tetapi bertindak atas empati yang sering memerlukan ciri lain hampir universal dihormati: pengendalian diri.

"Ini merupakan karakteristik yang luar biasa dari masyarakat manusia bahwa sebagian besar hal-hal yang terbaik untuk kita-yang, paling mungkin untuk menghasilkan kebahagiaan sejati dan abadi-mengharuskan kita untuk melupakan beberapa kesenangan langsung," kata Wilson. Tetapi dia juga menunjukkan keadaan aneh bahwa ulama sering mengabaikan hal ini. "Banyak buku terkemuka pada pengembangan moralitas pada anak-anak tidak membuat referensi untuk kontrol diri atau impulsif, meskipun mereka membahas pada empati dan altruisme panjang lebar. "

Ini terutama yang aneh ketika seseorang mempertimbangkan cara-cara yang empati dan kontrol diri yang terkait. Para peneliti telah menemukan bukti bahwa keduanya memiliki pusat biologis mereka di bidang yang terkait otak-dan keduanya juga dipengaruhi baik secara positif atau negatif tergantung pada kualitas pengasuhan hubungan di masa kecil. Dengan kata lain, ada sifat dan pemeliharaan yang terlibat dalam sifat-sifat yang tampak begitu dasar moralitas manusia. Sama seperti pusat otak yang bertanggung jawab untuk empati dan pengendalian diri yang diperbesar dan diperkuat oleh hubungan kualitas yang baik, identitas moral kita diperbesar dengan hubungan ini sama seperti mereka yang mengasihi dan memelihara kita menetapkan batas-batas perilaku yang tepat dan mengajarkan, kurang bawaan poin-poin karakter bertanggung jawab.

Meskipun Wilson menulis Makna Moral hanya tiga tahun sebelum neuron cermin ditemukan, sekarang tampak bahwa mungkin kita benar-benar memiliki kernel kecil dari pengertian moral bawaan, sebagai Wilson berpendapat. Jika demikian, tampaknya untuk melemahkan argumen relativisme moral dan mengangkat kata-kata seperti "nilai" dan "etika" untuk status yang agak lebih tinggi dari "selera" atau "preferensi." Ini merupakan pembedaan yang penting etika. Antara lain memungkinkan kita untuk melihat contoh modern kekejaman manusia terhadap manusia sebagai kengerian mereka-sebagai pengkhianatan kemanusiaan-bukan hanya sebagai praktek-praktek budaya tertentu yang dipilih untuk dibiarkan berkembang karena mereka akan.

Dan meskipun sendiri tidak dapat memberi kita semua jawaban, akal manusia moral kita, tidak sempurna seperti itu, setidaknya harus memaksa kita untuk pergi tentang kehidupan kita bantalan standar didirikan pada empati dan kepedulian terhadap orang lain.

Adapun John Q. Wilson, dengan suara yang masih kecil, ia menyimpulkan bukunya dengan kata-kata, "rasa moral umat manusia bukanlah lampu suar yang kuat, memancar keluar untuk menerangi dalam garis tajam semua yang menyentuh. Hal ini, sebaliknya, nyala lilin kecil, bayangan-bayangan samar-samar dan beberapa, berkedip-kedip dan sputtering dalam angin yang kuat kekuasaan dan gairah, keserakahan, dan ideologi. Tapi dibawa dekat ke jantung dan menangkupkan di tangan seseorang, menghalau kegelapan dan menghangatkan jiwa. "

29 Agustus 2011

Alhamdulillah, Satu Syawal Tahun Ini Berbeda Lagi



Alhamdulillah, untuk tahun ini Pemerintah gagal lagi menyatukan ummat Islam di Indonesia untuk merayakan akhir Ramadhan berbeda. Alhamdulillah, perbedaan ini membuat tetangga berbeda hari berpuasanya dengan tetangga lainnya yang berdekatan. Alhamdulillah, tetangga sebelah masih sahur, sedang kita akan bersiap-siap sholat Ied. Alhamdulillah, inilah hasil dari pembelajaran puluhan tahun bangsa ini untuk merayakan lebaran tanpa pertumpahan darah. Alhamdulillah, perbedaan adalah rahmat, maka kita bisa terus memperbesar perbedaan ini demi rahmat agar ummat belajar menghargai perbedaan. Alhamdulillah, tidak ada yang dikalahkan dan kami tetap bangga dan merasa pintar karena perbedaan ini menunjukkan bahwa tidak ada pentingnya musyawarah untuk kebersamaan. Dengan perbedaan ini justru kita tahu bahwa kita telah berbeda dan jelas pula kita telah lebih maju di banding jaman Nabi. Karena di jaman Nabi, tidak ada yang berbeda hari untuk berangkat Sholat Ied, apalagi jika sampai berbeda kemah, berbeda pula hari H-nya.
Alhamdulillah, inilah kesempatan sekian kalinya bagi ummat untuk memahami keinginan para pemimpin untuk memisahkan hari raya sebagai produk untuk membuat perbedaan. Alhamdulillah, Rabb.

Ampunilah para pemimpin kami yang dengan sengaja menjauhkan musyawarah sehingga kami tidak makan ketupat di hari yang sama, tidak sholat Ied di hari yang sama, dan kami datang ke pada orang tua yang sedang berpuasa, sedang kami sudah berlebaran.

Allah, Tuhanku, kami menjadi bangga dengan perbedaan ini dan kami buat alasan ini sebagai kehendakMu, sebagai rahmatMu, sebagai kebanggaan kami. Ampunilah mereka, ampuni kami juga Rabb karena kami kecewa lagi setelah puluhan tahun dikecewakan dengan alasan-alasan yang sama.

Kami sering meminta yang Engkau tahu itu tak baik bagi kami, kami sering menilai buruk apa yang sesungguhnya baik bagi kami. Ini karena kami dalam kelemahan pikir dan sering karena kesombongan diri. Hari ini kami datang kepadaMu dengan segunung dosa. Ampunilah kami, ampuni kami dari prasangka kami, ampuni kami karena tak sempurna dan lurus menjalankan perintahMu.

Engkaulah Dzat Mahasuci dan Maha Pengampun. Allahu Ghofuru Rahim, kalau tidak karena ampunanMu, niscaya kami menjadi orang yang merugi. Engkaulah Maha Pemberi, jadikanlah hambaMu ini menjadi orang yang mampu melapangkan hati untuk ingat saudara-saudara kami yang menjalani ujianMu, agar kami dapat menafkah rezki yang Engkau berikan menjadi ibadah kami kepadaMu. Ringankanlah langkah kami untuk menemui saudara-saudara kami yang tak bisa merayakan hari kemenangan dan karenanya kami ikhlas berbagi.

Gerakkan hati kami dan pemimpin-pemimpin kami menuju apa yang sesungguhnya telah Engkau Ridhai. Sungguh kami meyakini, Engkau telah mengetahui apa-apa yang akan kami sampaikan dan ingini.

Bagaimanapun juga kami kesalnya atas kejahilan ini, kami bersyukur telah Engkau limpahkan kepada kami, sehingga Ramadhan bersua kembali, menjadi bekal dan tanya, adakah Engkau pertemukan kami dengan Ramadhan berikutnya.
TAQABBALLAHU MINNA WA MINKUMM TAQABBALLAHU, YAA KAARIIM
Shiyamana wa shiyamakum. MINAL 'AAIDIIN WAL FAAIDZIIN

Jikalau Engkau berkenan, Tuhanku.
Apakah rahmat dari perbedaan ini?, adakah jalan terang bagi kami sehingga dan sedemikian rupa kami bisa mensyukuri nikmatMu dengan saudara-saudara kami sekampung, sekota, sepulau pada hari yang sama.
(Tidaklah kami memohon se-Indonesia, karena lebar dan luasnya negeri kami ini, namun kalau sedusun, sekampung, kami merasa tak lengkap jika tidak bersama-sama)

Teriring salam kepada semua kerabat dan saudara-saudaraku yang telah sudi berkunjung ke tempat kami, tempat ketupat berpikir dan
kebodohan diri diutarakan. 

Terimakasih atas segala nasehat yang telah disampaikan kepada kami
Segala kelapangan hati dari saudara-saudara kami adalah keniscayaan yang kami syukuri.
Mohon Maaf Lahir Batin.
Satu Syawal 1432 H
(30 atau 31 Agustus 2011 ya…)

Penentuan Sidang Isbat Hilal Tanggal Lebaran 1 Syawal 1432H Rabu 31 Agustus 2011 oleh Menteri Agama

Hilal Hilal adalah penampakan bulan dengan mata telanjang yang paling awal terlihat menghadap bumi setelah bulan mengalami konjungsi.

Hilal merupakan kriteria hisab suatu awal bulan. Setiap awal bulan selalu ditandai dengan munculnya hilal.

Penentuan Hilal Syawal
Penentuan hilal bulan syawal adalah salah satu aktivitas penting yang dilakukan lembaga hisab untuk menentukan hari terakhir pada bulan Ramadan. Hal ini akan menentukan kapan ummat muslim terakhir melakukan puasa dan merayakan Idul Fitri. Metode penentuan hilal yang biasa dilakukan ada dua macam yakni metode Rukyat dan Hisab.

Rukyah
Metode pandangan mata

Hisab
Metode perhitungan matematik astronomi

Lebaran Jatuh Pada Tanggal Rabu 31 Agustus 2011 Versi Pemerintah di kantor Kementerian Agama di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Sidang Isbat akan mengambil keputusan perayaan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah.

Muhammadiyah Hari Idul Fitri 1 Syawal 2011 jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011 sedangkan NU Nahdlatul Ulama menunggu pengumuman resmi pemerintah (Menag).

Petugas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, akan melakukan pengamatan bulan atau rukyat di kawasan wisata Tapak Paderi untuk menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah.

"Kami akan melakukan pengamatan posisi bulan atau rukyat di kawasan wisata Tapak Paderi pada 29 Agustus 2011 untuk menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu Taufiqurrahman di Bengkulu.

Ia mengatakan, kawasan wisata Tapak Paderi dipilih sebagai lokasi pengamatan bulan karena lokasi itu memiliki ketinggian di atas tujuh meter dari permukaan laut sehingga bisa memandang ke arah matahari terbenam.

"Pengamatan bulan akan dilakukan mulai 17.30 WIB hingga 18.30 WIB dengan menggunakan dua unit teropong khusus. Sekitar 30 tokoh agama Islam akan diundang untuk mengamati bulan sebagai dasar penetapan 1 Syawal 1432 Hijriah," katanya.

Bagi undangan yang berhasil melihat bulan maka yang bersangkutan akan diambil sumpah oleh Ketua Pengadilan Agama Provinsi Bengkulu dan kemudian dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia di Jakarta sebagai dasar penetapan 1 Syawal 1432 Hijriah.

Terkait keputusan Muhammadiyah yang menetapkan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada 30 Agustus 2011 menurutnya patut dihormati dan tidak perlu diperdebatkan.

Dalam Islam, ada dua cara menentukan 1 Syawal yakni dengan hisab atau perhitungan jalannya bulan serta dengan rukyat yang berdasarkan pengamatan hilal secara langsung.

"Kemungkinan terjadinya perbedaan sangat besar tapi kami tetap pada keputusan pemerintah dan setiap Kanwil memang diperintahkan untuk melihat bulan atau rukyat," katanya.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Kemenag Provinsi Bengkulu, Junni Muslimin mengatakan, pelaksanaan shalat hari raya Idul Fitri 1432 Hijriah tingkat Provinsi Bengkulu direncanakan di halaman Masjid Raya Baitul Izzah Padang Harapan Kota Bengkulu.

"Bertugas sebagai khatib direncanakan Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah, sedangkan sebagai khatib cadangan adalah Khairuddin Wahid dan Kusnadi Sahab," katanya.

Adapun yang bertugas sebagai imam shalat Idul Fitri, direncanakan imam masjid raya Baitul Izzah Rusli M Daud sedangkan sebagai imam cadangan Junni Muslimin dari Kanwil Kemenag Provinsi Bengkulu.

1 Syawal 1432H, Lebaran 2011, Tanggal Lebaran 2011, Ketetapan Menteri Agama, Hilal Penentuan Lebaran Tahun 2011, Lebaran 2011 Jatuh Pada Tanggal Berapa, Hasil Sidang Isbat, Muhammadiyah, NU, Penentuan Lebaran 1432H 2011, Pengumuman Pemerintah Resmi Lebaran Tahun 2011

Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas dan via - republika.co.id

Bersahabat dengan Blog



Mengeblog atau mengembangkan potensi kemampuan dunia tulis-menulis yang kita miliki merupakan sesuatu yang awalnya tidak diminati banyak orang. Seiring dengan berkembangnya tehnologi dan kedewasaan seseorang, lalu ngeblog menjadi hal yang kemudian disukai dan digandrungi sebagian besar orang.

Diawali dari kesenangan menulis, menuangkan kemampuan mengolah kata, membangun jaringan persahabatan sampai melatih menggagas ide dan kreatifitas, maka mengeblog menjadi semakin mengasyikkan. 


Dari situ mengeblog tumbuh dan terus berkembang. Dan tentu saja hal ini menjadi ide tersendiri bagi sebagian kecil orang yang kreatif untuk membuat sarana media itu. Katakanlah muncul kemudian jaringan blogger seperti blogspot ini, wordpress, multiply, dan lain-lain.

Yang terbaru dan terpesat peminatnya adalah networking bernama facebook yang kemudian menjadi ajang pertemanan, sarana bisnis dan sebagainya. Baik positif ataupun negatif.

Meski yang terakhir itu tidak bisa dikatakan blog. Karena tidak menyediakan sarana yang cukup mengasah dunia tulis-menulis secara serius. Mungkin bisa dikatakan hanya sekedar untuk menyampaikan informasi terbaru dari seseorang atau berita lainnya. Sifatnya lebih kepada memperbaharui status saja agar diketahui teman maya lainnya.

Untuk blogspot sendiri, menjadi hal yang menarik apabila benar-benar digeluti untuk hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Meski tidak sedikit yang menjadikannya untuk hal-hal yang negatif dan merugikan orang lain.

Menurut saya, dalam menjalin persahabatan yang diawali oleh 'saling tukar' postingan, mengeblog akan menjadi hal yang menarik jika dilakukan secara alami. Dalam arti menjalin persahabatan itu tidak harus 'memaksa' dan 'merasa terpaksa' menjadi sahabat bagi yang lain. Bagi saya, biarkan persahabatan itu terjalin karena adanya ketertarikan dan simpatik kepada sebuah blog.

Saya melihat ada sebagian blogger yang merasa sepi blognya jika terlihat sama sekali tidak ada yang mengunjunginya. Tidak ada teman dan persahabatan, meski hanya sekedar sapa dan meninggalkan jejak.

Insya Allah kalau kita benar-benar ikhlas dan serius mengeblog, gaya postingan yang bagus, penuh menfaat dan sarat isi dan pengetahuan rasa ketertarikan dan minat dari orang lain akan muncul dengan sendiri. Nah dari situ dengan sendirinya orang lain akan menjadikan kita sebagai teman dunia maya. Dan tentunya, setelah itu ia akan setia mengunjungi blog kita. Sementara kita sendiri akan memberikan sebuah pembelajaran bagi rekan kita itu untuk dengan memberikan feedback positif pada blognya agar lebih meningkatkan dirinya dan mengasah kemampuan menulis dan menjalin hubungan persaudaraan dengan kita.


Lakukanlah segalanya secara alami. Dan saya pribadi hanya akan menjadikan seseorang sebagai follow saya setelah mempertimbangkan hal-hal berikut:

  1. Memiliki performan blog yang menarik dan indah dipandang mata 
  2. Dapat menambah pengetahuan baru di luar spesialisasi saya. 
  3. Suka mengunjungi blog saya dan memberikan komentar yang kritis dan layak. 
  4. Rajin meng-update blognya. 
  5. Informan. Dalam arti rajin meng-updating informasi menarik dan terbaru. 
  6. Menjadi follow saya dan saya akan kunjungi kembali blognya, kemudian saya pertimbangkan untuk menfollow balik ketika layak untuk difollow. Karena saya melihat ada orang yang memfollow sebuah blog tapi misi blognya hanya 'spam' (sampah) yang negatif dan tidak patut eksis di mata sosial. 
Itulah mungkin karakter saya mengeblog dan memandang sebuah blog untuk selanjutnya saya jadikan ia sebagai teman dan sahabat di dunia maya ini ataukah tidak ?!!.

Bagaimana dengan Anda?! Yuk, tuangkan dalam postingan anda???

Wassalam

28 Agustus 2011

Bedug



Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu shalat atau sembahyang. 

Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.
Sejarah

Bedug sebenarnya berasal dari India dan Cina. Berdasarkan legenda Cheng Ho dari Cina, ketika ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. Kemudian, ketika Cheng Ho hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari Masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti di negara Cina. Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual  keagamaan. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengani waktu salat atau sembahyang. Saat Orba berkuasa bedug pernah dikeluarkan dari surau dan mesjid karena mengandung unsur-unsur non-Islam. Bedug digantikan oleh pengeras suara. Hal itu dilakukan oleh kaum Islam modernis, namun warga NU melakukan perlawanan sehingga sampai sekarang dapat terlihat masih banyak masjid yang mempertahankan bedug.
Fungsi bedug

§ Fungsi sosial : bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah komunitas.
Cara pembuatan bedug sederhana


§ Fungsi estetika : bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya material musikal.


Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang biasa dibuat sebagai bahan baku bedug antara lain kulit kambing, sapi, Kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat. Sebab, kulit sapi putih lebih tebal daripada kulit sapi coklat, sehingga bunyi yang dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih rendah. Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5 - 10 menit. Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan cara dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh selesai diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu yang sudah disiapkan. Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan paku dan beberapa tali-temali.
Permainan Bedug (Seni Ngadulag)

Seni ngadulag berasal dari daerah jawa barat. Pada dasarnya, bedug memiliki fungsi yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah memiliki perbedaan dengan daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah sebuah istilah “Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni Ngadulag (permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2 kategori, yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama dan ritme tabuhan bedug, sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini peralatannya pun mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga dilengkapi dengan alat-alat musik seperti gitar, keyboard, dan simbal.


Bedug terbesar di dunia
Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan. Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang sebagai “sarana komunikasi” untuk mengundang jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu salat menjelang adzan dikumandangkan.

Referensi

  1. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 
  2. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid III, (Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka: 1988). 
  3. Asal usul bedug
  4. Parade bedug
  5. Bedug puasa
  6. purworejokab.go.id

Potret



Perjalanan karir dan kehidupan kita adalah sebuah proses perpindahan 
dari satu pemberhentian ke pemberhentian berikutnya. 
Dan kita hanya akan segera sampai, 
jika kita menyegerakan sebuah pemberangkatan untuk setiap pemberhentian.

Mereka yang mencapai hasil yang banyak dan yang besar dan yang tinggi, 
adalah mereka yang berhenti saat mereka harus berhenti - tetapi yang segera memulai lagi.

Sebaliknya, mereka yang lambat dalam mencapai haknya untuk berhasil, 
adalah biasanya orang-orang yang memperlakukan tempat-tempat berhenti – sebagai pemberhentian, 
atau bahkan betul-betul sebagai penghentian.

Padahal, 
sebuah tempat berhenti adalah tempat transisi 
antara satu perjalanan ke perjalanan berikutnya. 
Di pemberhentian itu lah kita harus membangun kesiapan yang lebih baik 
bagi perjalanan berikutnya.

Itu sebabnya, kita – Anda dan saya, 
dianjurkan untuk membuat tempat-tempat berhenti yang terukur dan teratur.

26 Agustus 2011

Lebaran 2011

takobalohu mina waminkum ya karim takoballohu selamat hari raya idul fitri 1432 h
minal aidin walfaizin mohon maaf lahir batin

24 Agustus 2011

Pendidikan berkarakter


Pendidikan karakter  merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penenaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar.
Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Pendidikan Agama:  Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil.
  2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahrgai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
  3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
  4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
  5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
  6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
  7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
  8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
  9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
  10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi,elaborasi, sampai dengan konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:

  1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
  2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
  3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
  4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
  5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:
  1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
  2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
  3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
  4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
  5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
  6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
  7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
  8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
  9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:
  1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
  2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
  3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
  4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
1)      Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
2)      membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
3)      Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
4)      Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
5)      Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
6)      Penanaman nilai inilah yang nantinya diharapkan akan  menjadikan peserta didik menjadi lebih berkarakter.

Alamat Situs Media Massa


JAWAPOS : http://versipdf.jawapos.co.id/
KOMPAS : http://kompas.realviewusa.com/
POS KOTA :http://metroposonline.com/poskota/Poskota/
KONTAN : http://kontan.realviewusa.com/
KORAN TEMPO :http://epaper.korantempo.com/
MEDIA INDONESIA : http://epaper.mediaindonesia.com
FAJAR : http://pdf.fajar.co.id/
BANJARMASIN POS : http://epaper.banjarmasinpost.co.id/
BATAM POS : http://epaper.batampos.co.id/
BISNIS JAKARTA : http://www.bisnis-jakarta.com/
PONTIANAK POS : http://epaper.pontianakpost.com/
REPUBLIKA : http://67.19.80.66/republika/
BALI POS : http://epaper.balipost.com/
METRO POS Batam : http://epaper.posmetrobatam.com/
RIAU POS : http://epaper.riaupos.co.id/
SUMUT POS : http://issuu.com/sumut ->sumut post
METRO SIANTAR : http://issuu.com/metrosiantar
TRIBUN KALTIM : http://issuu.com/tohirtribun
POSMETRO MEDAN : http://issuu.com/posmetromedan
SURYA : http://issuu.com/surya-epaper
TRIBUN JABAR : http://issuu.com/tribunjabar
SURABAYA POST : http://www.surabayapost.co.id/epapersp
DUMAI POS : http://issuu.com/dumaipos.com
METRO TAPANULI : http://issuu.com/metrotapanuli
RIAU POS : http://issuu.com/riaupos
SRIWIJAYA POS : http://issuu.com/sripoku
SUMUT POS : http://issuu.com/sumut
JAMBI INDIPENDEN : http://issuu.com/jambi-independent
PEKANBARU POS : http://issuu.com/pepos
BANGKA POS : http://issuu.com/bangkapos
JAMBI EXPRESS : http://issuu.com/brondong/docs
RADAR KOTA BUMI :http://issuu.com/radarkotabumi
RADAR SEMARANG : http://www.radarsemarang.com/epaper.html
RADAR SURABAYA : http://issuu.com/warenda
RADAR SURABAYA : http://www.radarsby.com
RADAR TEGAL : http://issuu.com/jaelani
RADAR LAMPUNG : http://issuu.com/radarlampung
RADAR JOGYA : http://issuu.com/radar_jogja
RADAR KEDIRI : http://issuu.com/radarkediri
RADAR BANYUWANGI : http://issuu.com/radarbwi
TRIBUN TIMUR MAKASAR : http://www.tribun-timur.com/epaper/tribuntimur.swf (thanks to busyet20)
PIKIRAN RAKYAT : http://epaper.pikiran-rakyat.com
SUARA PEMBARUAN : http://epaper.suarapembaruan.com
MANADO POS : http://versicetak.mdopost.com
JAWAPOS : http://versipdf.jawapos.co.id/
KOMPAS : http://kompas.realviewusa.com/
POS KOTA :http://metroposonline.com/poskota/Poskota/
KONTAN : http://kontan.realviewusa.com/
KORAN TEMPO :http://epaper.korantempo.com/
MEDIA INDONESIA : http://epaper.mediaindonesia.com
FAJAR : http://pdf.fajar.co.id/
BANJARMASIN POS : http://epaper.banjarmasinpost.co.id/
BATAM POS : http://epaper.batampos.co.id/
BISNIS JAKARTA : http://www.bisnis-jakarta.com/
PONTIANAK POS : http://epaper.pontianakpost.com/
REPUBLIKA : http://67.19.80.66/republika/
BALI POS : http://epaper.balipost.com/
METRO POS Batam : http://epaper.posmetrobatam.com/
RIAU POS : http://epaper.riaupos.co.id/
SUMUT POS : http://issuu.com/sumut ->sumut post
METRO SIANTAR : http://issuu.com/metrosiantar
TRIBUN KALTIM : http://issuu.com/tohirtribun
POSMETRO MEDAN : http://issuu.com/posmetromedan
SURYA : http://issuu.com/surya-epaper
TRIBUN JABAR : http://issuu.com/tribunjabar
SURABAYA POST : http://www.surabayapost.co.id/epapersp
RIAU POS : http://issuu.com/dumaipos.com
METRO TAPANULI : http://issuu.com/metrotapanuli
RIAU POS : http://issuu.com/riaupos
SRIWIJAYA POS : http://issuu.com/sripoku
SUMUT POS : http://issuu.com/sumut
JAMBI INDIPENDEN : http://issuu.com/jambi-independent
PEKANBARU POS : http://issuu.com/pepos
BANGKA POS : http://issuu.com/bangkapos
JAMBI EXPRESS : http://issuu.com/brondong/docs
RADAR KOTA BUMI :http://issuu.com/radarkotabumi
RADAR SEMARANG : http://www.radarsemarang.com/epaper.html
RADAR SURABAYA : http://issuu.com/warenda
RADAR SURABAYA : http://www.radarsby.com
RADAR TEGAL : http://issuu.com/jaelani
RADAR LAMPUNG : http://issuu.com/radarlampung
RADAR JOGYA : http://issuu.com/radar_jogja
RADAR KEDIRI : http://issuu.com/radarkediri
RADAR BANYUWANGI : http://issuu.com/radarbwi
TRIBUN TIMUR MAKASAR : http://www.tribun-timur.com/epaper/tribuntimur.swf (thanks to busyet20)
PIKIRAN RAKYAT : http://epaper.pikiran-rakyat.com
SUARA PEMBARUAN : http://epaper.suarapembaruan.com
MANADO POS : http://versicetak.mdopost.com

20 Agustus 2011

Apa Itu Blog?


Banyak orang bertanya apa itu Blog? Sebenarnya tidak banyak yang aku ketahui tentang Blog. Blog adalah sebuah media menulis online yang memiliki banyak sekali fungsi. Biasanya blog lebih sering difungsikan sebagai diary online. Untuk menulis agenda harian, berbagi info, curhat, atau sekedar menulis karena hobi

Definisi Blog dan Jenisnya
Pada dasarnya blog berisi tulisan yang disusun secara kronologis, bisa dikomentari, ada fasilitas RSS Feed, dan isinya dibuat dari sudut pandang penulisnya. Tiap orang pasti memiliki definisi yang berbeda mengenai blog. Untuk membandingkannya kita bisa melakukan browsing internet dengan kata kunci “blog”, “definisi blog”, atau “apa itu blog”, kurang dari 1 menit dijamin kita bakal dapat banyak sekali definisi tentang blog.

Jenis-Jenis Blog
Seperti yang aku bilang, blog adalah media menulis online yang memiliki banyak fungsi. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat dari jenis-jenis blog sebagai berikut:
  • Blog politik: Tentang berita, politik, aktivis, dan semua persoalan berbasis blog (Seperti kampanye). 
  • Blog pribadi: Disebut juga buku harian online yang berisikan tentang pengalaman keseharian seseorang, keluhan, puisi atau syair, gagasan jahat, dan perbincangan teman. 
  • Blog bertopik: Blog yang membahas tentang sesuatu, dan fokus pada bahasan tertentu 
  • Blog kesehatan: Lebih spesifik tentang kesehatan. Blog kesehatan kebanyakan berisi tentang keluhan pasien, berita kesehatan terbaru, keterangan-ketarangan tentang kesehatan, dll. 
  • Blog sastra: Lebih dikenal sebagai litblog (Literary blog). 
  • Blog perjalanan: Fokus pada bahasan cerita perjalanan yang menceritakan keterangan-keterangan tentang perjalanan/traveling. 
  • Blog riset: Persoalan tentang akademis seperti berita riset terbaru. 
  • Blog hukum: Persoalan tentang hukum atau urusan hukum; disebut juga dengan blawgs (Blog Laws). 
  • Blog media: Berfokus pada bahasan kebohongan atau ketidakkonsistensi media massa; biasanya hanya untuk koran atau jaringan televisi 
  • Blog agama: Membahas tentang agama 
  • Blog pendidikan: Biasanya ditulis oleh pelajar atau guru. 
  • Blog kebersamaan: Topik lebih spesifik ditulis oleh kelompok tertentu. 
  • Blog petunjuk (directory): Berisi ratusan link halaman website. 
  • Blog bisnis: Digunakan oleh pegawai atau wirausahawan untuk kegiatan promosi bisnis mereka 
  • Blog pengejawantahan: Fokus tentang objek diluar manusia; seperti anjing 
  • Blog pengganggu (spam): Digunakan untuk promosi bisnis affiliate; juga dikenal sebagai splogs (Spam Blog) 

Sumber: ID.Wikipedia.Org

Paradoks Blog



Syahdan pada sebuah malam sehabis buka puasa, saya cari angin dengan jalan-jalan di sekeliling rumah. Saya heran, kenapa hawa jadi begitu lembap dan panas di bulan puasa, ya? Efek pemanasan global? Musim hujan mau datang? Saya tak tahu.
Tengah asyik-asyiknya berjalan kaki sambil menghirup udara malam itu, saya melihat dua tetangga sedang duduk berdua di pos ronda. Kebetulan saya sudah lama tak melihat mereka.
Sekadar berbasa-basi, saya pun menyapa mereka. “Selamat malam, Pak. Tumben, nih, jam segini sudah di pos.”
Mereka terkekeh dan menjawab, “Wah, terbalik, Mas. Tumben sampean ada di rumah. Biasanya tak pernah kelihatan. Nggak kerja, nih? Libur?”
Aduh, saya seperti mendapat uppercut di ulu hati. Saya cuma bisa nyengir mendapat sindiran mereka. Maklum saja, saya memang jarang di rumah, apalagi menyapa tetangga. Pekerjaan sebagai jurnalis membuat saya terpaksa berangkat pagi, dan pulang hampir dini hari. Kesempatan bertemu dengan tetangga di kiri dan kanan rumah pun tergolong langka.
Cara saya bersosialisasi dan berkomunikasi jadi terasa aneh di mata tetangga. Saat pagi hari, ketika berangkat ke kantor, saya cuma melambaikan tangan dan melempar senyum kepada beberapa tetangga yang kebetulan di depan rumah.
Malamnya, saya melakukan hal yang sama kepada para tetangga yang sedang berjaga di pos ronda. Di hari Minggu, atau hari libur lain, tetangga-tetangga saya kabur entah ke mana bersama keluarga masing-masing, saya malah di rumah.
Akibatnya, saya kehilangan berita-berita seputar kompleks perumahan saya. Saya jadi orang yang paling terakhir tahu bahwa di depan kompleks kami bakal dibangun sebuah pasar modern jaringan internasional. Tetangga depan rumah sayalah yang memberi tahu bahwa ketua RT kami sudah ganti orang.
Saya juga jarang menghadiri undangan pernikahan anak-anak tetangga. Untunglah, mereka memaklumi pekerjaan saya dan tak melayangkan surat persona non grata diri saya kepada Pak Lurah.
Ke manakah gerangan perginya keterampilan sosialisasi komunikasi yang pernah saya pelajari bertahun-tahun?
“Sampean kebanyakan main nge-blog, sih, Mas,” kata seorang teman.
Kebanyakan nge-blog? Gubrak. Kepala saya seperti membentur tembok. Mungkin saja. Saya memang pecandu blog, juga aktivitas sosial digital lain di Internet, seperti surat-menyurat elektronik, menelusuri ranah web, dan ngobrol lewat Yahoo! Messenger. Setiap hari, selain melakukan pekerjaan kantor, saya menghabiskan lebih banyak waktu demi nongkrong di jejaring raksasa itu.
Untuk urusan blog saja, banyak yang mesti saya lakukan, misalnya membuat posting baru, menyunting komentar, melongok blog orang lain (blogwalking), dan menulis surat elektronik.
Gara-gara lebih sering berselancar di jagat maya itulah saya jadi sedikit terasing dengan lingkungan terdekat.
Saya, seperti juga kebanyakan dari Anda semua, sepertinya terbenam habis oleh keajaiban teknologi yang satu ini. Kita bertemu dan mengenal orang lain lewat jaringan Internet, berinteraksi dengan manusia-manusia lain lewat media ini juga. Sebagian orang merasa nyaman-nyaman saja dengan kondisi ini. Sebagian lagi merasa kenapa makin lama makin jadi tak punya teman di dunia nyata?
Inikah yang disebut paradoks hidup di era blog?

17 Agustus 2011

Sertifikasi Guru Wahana Pertobatan Guru

Mismatch
Data Ditjen PMPTK Depdiknas, lebih sepertiga dari 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar karena mismatch, ialah kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar.

Mismatch dari sisi kualifikasi akademik dapat dirujuk pada UUGuru dan Dosen. Pasal 9 menyebutkan, kualifikasi akademik guru diperoleh melalui pendidikan program sarjana atau diploma empat. Dengan kata lain, guru dikatakan memenuhi kualifikasi akademik apabila berpendidikan serendah-rendahnya S-1 atau D-IV. Ketentuan UU ini tidak memandang apakah ia guru TK, SD, SMP ataupun SMA/K.

Fakta di lapangan menunjukkan, rata-rata guru TK dan SD berpendidikan SPG, D-I atau D-II. Bahkan dapat ditemukan guru TK dan SD lulusan SMA atau SMK. Tidak sedikit guru SMP dan SMA/K yang berpendidikan D-I, D-II, PGSLP, PGSLA, sarjana muda dan D-III.

Terlebih jika ketidaksesuaian mengampu matapelajaran dijadikan indikator mismatch. Banyak guru yang mengampu matapelajaran tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Guru matematika dengan latar belakang pendidikan fisika, atau guru sosiologi berasal dari latar belakang pendidikan geografi masih banyak ditemukan di sekolah. Guru bimbingan dan konseling yang tidak berpendidikan bimbingan dan konseling hampir dapat ditemui di setiap sekolah.

Seringnya kurikulum dirubah diperkirakan menjadi salah satu sebab guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Perubahan kurikulum selalu diikuti oleh hilangnya matapelajaran tertentu dan munculnya matapelajaran baru. Ketika matapelajaran baru muncul dan LPTK belum menyiapkan guru untuk matapelajaran dimaksud, maka dengan terpaksa sekolah memanfaatkan guru yang ada, termasuk di dalamnya untuk maksud memberi tugas kepada guru yang matapelajarannya hilang.

PLPG
Mengingat guru yang tidak memenuhi kualifikasi dan kompetensi jumlahnya sangat besar, perlu diupayakan terobosan. Sertifikasi guru dalam jabatan merupakan salah satu bentuk terobosan dimaksud. Pendidikan dan Latihan Profesional Guru (PLPG) yang merupakan bagian proses sertifikasi guru ternyata berdampak positif meningkatkan kualitas dan kompetensi guru.

PLPG meruapakan jawaban atas berbagai kritik tajam sertifikasi guru yang selama ini ditimpakan. Sertifikasi yang semula dapat meloloskan guru profesional hanya dengan penilaian portofolio tanpa memperhatikan secara seksama kualifikasi akademik dan latar belakang matapelajaran, akhirnya dapat ditemukan formula yang lebih baik. Setinggi apapun skor penilaian portofolionya, jika aspek-aspek kualifikasi kompetensi akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial, tidak memenuhi standar yang ditetapkan maka tidak dapat dinyatakan lulus.

PLPG adalah gerbang selanjutnya yang harus dilewati bagi yang dinyatakan tidak lulus penilaian portofolio. Pengamatan penulis, peserta PLPG pada awal kegiatan diklat tidak sedikit yang menunjukkan sikap apatis, jengkel, geram, bahkan marah. Penyebabnya mereka harus ikut PLPG karena tidak lulus penilaian portofolio. Namun setelah dijalani, tidak sedikit diantara mereka seperti terbelalak mata. Ternyata kinerja mereka selama ini masih benar-benar sangat jauh dari sosok ideal guru dan/atau konselor profesional. Dalam PLPG itulah mereka mendapat pencerahan atas pembaharuan teori, konsep, dan praktik melaksanakan tugas profesional.

Tidak kurang diantara peserta PLPG menyarankan tidak perlu sertifikasi guru dengan penilaian portofolio. Semua proses sertifikasi guru dalam jabatan sebaiknya melalui PLPG. Dalam PLPG benar-benar penguasaan teori dan konsep serta keterampilan pembelajaran dan konseling terbarukan. Melalui proses penilaian yang obyektif dan transparan dapat diukur kompetensi seorang guru. Jika kemudian ternyata banyak yang tidak lulus, itulah bukti bahwa pelaksanaan PLPG bukan sekadar formalitas.

PLPG sebagai salah satu cara menetapkan profesionalitas guru oleh LPTK setidaknya telah mampu membangkitkan motivasi guru untuk melaksanakan tugas lebih baik. Dapat dikatakan sertifikasi guru melalui PLPG telah mampu mengantarkan pertobatan para gurumismach. Mereka telah kembali ke jalan yang benar, atau setidaknya mereka telah mengetahui jalan yang benar itu.

16 Agustus 2011

Mendagri: SKB Moratorium PNS Segera Ditandatangani


Jakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, surat keputusan bersama tiga menteri terkait penghentian sementara atau moratorium rekrutmen pegawai negeri sipil segera diterbitkan. 
"Insya Alah moratorium ini akan segera kami umumkan, kami akan mengeluarkan SKB tiga menteri, Menteri Dalam Negeri, Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi dan Menteri Keuangan, minggu-minggu depan inilah," katanya seusai pidato pengantar nota keuangan pemerintah di depan Sidang Paripurna DPR, di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa. 
Menurut dia, moratorium akan diberlakukan selama 12 bulan ke depan. Namun demikian, moratorium tersebut juga akan memuat pengecualian-pengecualian yang sangat terbatas. 
Misalnya, menurut dia, wajib belajar untuk ikatan dinas seperti Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). 
"Itu tidak mungkin tidak diangkat, karena itu sudah diatur sedemikian rupa sehingga begitu ia tamat ia harus diangkat menjadi PNS kan," katanya. 
Sementara itu, rencana moratorium penerimaan CPNS didasari banyak alasan diantaranya karena komposisi dan distribusi pegawai yang tidak proporsional dan penempatan PNS yang tidak sesuai kompetensi. 
Jumlah PNS pada 2003 sekitar 3,7 juta dan meningkat menjadi 4,7 juta pada 2011. 
Meskipun persentase jumlah PNS terhadap jumlah penduduk masih sekitar 1,98 persen atau di level yang moderat, tetapi dari sisi komposisi, distribusi, dan kompetensi masih bermasalah. 
Selain itu, masalah lainnya yakni belanja pegawai dalam APBD di atas 40 persen di 396 kabupaten/kota.

04 Agustus 2011

Peer Teaching



“Teaching depends on what other people (as in the students) think,” says Deborah Ball, dean of the school of education at the University of Michigan, “not what you (as the teacher) think.”

Team peer teaching in the professional communication module I teach is coming to a close for this semester. Over the course of the past six weeks teams of students have taught their classmates 30-minutes lessons on performing effectively at job interviews, creating good resumes and application letters, using wikis and other collaborative workspaces, writing effective business correspondences, and designing effective survey questionnaires. These are all content topics that the "student teachers" had to learn themselves (with a list of websites at their disposal) then teach.

As I've mentioned, the most amazing thing for me about the peer teaching is that for many students, it's the first time they have stood in front of a class. It's also the first time they have created a lesson plan, managed a classroom, delivered a content-based lecture, and directed teaching/learning activities. Amazingly, they have done so while not receiving anyinstruction on teaching. They've had to learn and teach simply by doing.

What then makes this possible, or plausible? A simple mix, really, of three attributes: Intellect. Courage. Heart. Add to that a good portion of hard work, e voila!

In the lessons I've attended, I've seen a good number of natural-born future teachers, and quite a few peer teachers that are diamonds in the rough.

What makes teaching so special? And what might contribute to a person becoming an effective teacher? See the article "Building a Better Teacher" by Elizabeth Green in the New York Times for an overview.

I'd like to hear your reactions, in a couple paragraphs or less, to the experience you had teaching (and learning as a peer teacher and a peer student) this term.