12 Juli 2011

Ilmu adalah Teras Agama


Kebanyakan umat Islam memisahkan antara Al Qur’an dengan ilmu pengetahuan. Bahkan lebih jauh, antara ‘agama’ dengan ilmu pengetahuan. Agama dan Al Qur’an dipersepsi sebagai kebenaran mutlak, sedangkan ilmu pengetahuan alias sains dipersepsi sebagai kebenaran relatif.
Agama Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmuwan. Bahkan memuliakannya. Berulangkali Allah mengatakan di dalam Al Qur’an, bahwa orang yang bisa memahami firman-firmanNya secara baik justru adalah para ilmuwan alias ulama.
QS. Faathiir (35): 28
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (ilmuwan). Sesungguhnya Allah Maha perkasa Maha Pengampun.
Merekalah orang-orang yang takut dengan sebenar-benarnya kepada Allah karena mengetahui betapa dahsyat ilmu dan Kekuasaan-Nya. Mereka benar-benar menyaksikan semua itu terhampar di sekitarnya. Sedangkan orang yang hanya belajar dari teks-teks Qur’an tanpa memahami realitas, hanyalah berteori belaka.

QS. Al Mujaadilah (58): 11
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Al Ankabuut (29): 43
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Kalau Anda membuka-buka Al Qur’an, anda bakal menjumpai ayat-ayat lebih banyak lagi yang memberikan penghargaan kepada para ilmuwan. Pada dasarnya, Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Jadi, salah besar kalau ada yang menjalani agama ini dengan berdasarkan dogma dan ikut-ikutan belaka.
Rasulullah bersabda, barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan dunia maka ia harus memahami ilmunya. Barangsiapa menginginkan kebahagiaan akhirat ia harus mencarinya dengan ilmu. Dan barangsiapa ingin memperoleh keduanya, mereka juga harus mengejarnya dengan ilmu.
Islam tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Dalam segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan sosial maupun pengetahuan alam. Dunia maupun akhirat.
Maka, dalam memahami asal-usul manusia pun kita harus memahami berbagai teks-teks Al Qur’an dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Hasilnya sungguh jauh berbeda dengan pemahaman yang bersifat doktrinal atau legenda-legenda sebagaimana kita bahas di depan.
Saya memperlakukan Al Qur’an sebagai sumber petunjuk yang harus dicross-check atau dipahami lewat data-data keilmuan yang sedang berkembang. Dengan cara itu, bakal terjadi penafsiran yang sangat dinamis seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Bagi saya, memahami isi Al Qur’an adalah seperti pekerjaan seorang detektif yang merekonstruksi sebuah peristiwa yang telah berlalu. Kita hanya punya jejak-jejak pelaku, bekas-bekas kejadian, dan sejumlah barang bukti yang harus disusun untuk menduga terjadinya peristiwa itu di masa Iampau.
Tentu saja tidak bisa persis seperti peristiwa sesungguhnya. Peristiwa itu sendiri sudah berlalu. Dan itulah ‘kebenaran’ yang sesungguhnya. Sedangkan yang kita lakukan kini, tak lebih hanyalah sebuah rekonstruksi.
Sama dengan petunjuk Qur’an. Kebenaran yang sesungguhnya tersimpan di dalam Al Qur’an sedangkan tafsiran kita adalah semata-mata upaya berdasarkan perkiraan. Sangat dipengaruhi oleh background ilmu yang kita miliki. Sekaligus kejelian dan kepiawaian dalam melakukan rekonstruksi.
Maka, yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data dan bukti sebanyak-banyaknya agar bisa melakukan rekonstruksi mendekati sempurna.
Dengan kata lain, Allah sedang mendorong kita untuk berilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya agar kita bisa memahami petunjuk-petunjukNya di dalam Al Qur’an. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang kita miliki, semakin bagus penafsiran yang kita lakukan.
Jadi, sebenarnya Al Qur’an adalah agama yang mendorong umatnya untuk berilmu pengetahuan seluas-luasnya. Sedalam-dalam-nya. Dan seahli-ahlinya. Tujuannya cuma satu: agar kita bisa memahami petunjukNya dengan lebih baik, dan berguna untuk menerangi jalan hidup kita memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesungguhnyalah Allah sangat menyayangi kita…
Dalam ayat yang saya kutip di atas pun, Allah memberikan penegasan: dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Ditambahkan di ayat lainnya :Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah para ulama (ilmuwan).
Dan di berbagai ayat Allah mendorong lebih spesifik lagi dengan pertanyaan-pertanyaan: apakah kalian tidak meneliti bagaimana Allah menciptakan Unta? Bagaimana Allah meninggikan langit? Bagaimana Allah menegakkan gunung? Bagaimana Allah menghamparkan daratan? Bagaimana Allah menurunkan air hujan, menciptakan lautan dengan segala isinya, mempergantikan siang dan malam, memerintahkan lebah mengumpulkan madu, dan sebagainya.
Semua itu adalah sebuah dorongan untuk berilmu pengetahuan seluas-luasnya. Sampai-sampai Allah mengatakan, Dia tidak malu membuat nyamuk sebagai contoh ciptaan. Bahkan terhadap makhluk yang lebih rendah sekalipun. Sesungguhnya, di dalam contoh-contoh itu terkandung ilmu pengetahuan yang sangat dalam, bagi para ulama alias ilmuwan.
QS. Al Baqarah (2): 26
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik
Karena itu tidak heran Allah lantas mengatakan: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Inilah agama Islam. Agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Dan kemudian memberikan apresiasi yang tinggi kepada para ulama atau ilmuwan yang mengamalkan dan mengorientasikan ilmunya di jalan Allah. Mereka orang-orang yang mulia di dunia, mulia di akhirat, dan mulia di sisi Allah…
QS. Al Hajj (22): 50
Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan karya-karya yang salih, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar