08 Juli 2011

Quo Vadis Pendidikan Kita

Pendidikan merupakan jalan segalanya untuk merubah cara berfikir seseorang. Ia menjadi proses untuk memanusiakan manusia serta menjadi harapan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan seseorang dapat meraih apa yang di cita-citakannya. Dan dengan pendidikan pula seseorang mampu membuat perubahan positif dilngkungan masyarakatnya. Atas dasar itulah, ribuan anak bangsa di negeri ini berbondong-bondong mendaftarkan diri di lembaga-lembaga pendidikan formal pada tiap tahunnya. Terkadang tak peduli dengan biaya yang mahal, yang penting mampu mengenyam pendidikan yang bermut tentunya. Tujuannya untuk bisa memperoleh kelayakan hidup sebagaimana yang ia harapkan.

Namun sayangnya, diatas kesadaran yang mulai memuncak itu, justru kini pendidikan banyak yang dipermasalahkan. Ia justru menciptakan generasi penganggran baru terdidik. Tersedianya lapangan pekerjaan yang tidak memadai bagi lulusan pendidikan formal, menjadikan tujuan pendidikan tidak semulus apa yang kita harapkan bersama. Alih-alih masyarakat pengangguran terdidik ini mengadukan nasibnya keluar negeri menjadi pahlawan devisa demi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Sungguh menjadi persoalan yang sangat ironis, entah karena memang sebuah takdir bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa berproduk budak atau memang ada kesalahan pihak-pihak lain.

Data yang diambil dari harian Kompas 22/08/2008 yang diambil dari laporan Tren Ketenaga Kerjaan dan Sosial di Indonesia 2008, Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat sebanyak 4.516.100 orang dari 9.427.600 orang kaum penganggur yang masuk kedalam kategori pengangguran terbuka adalah lulusan pendidikan formal, yang terdiri dari lulusan SMK, SMA, Program Diploma, dan lulusan Universitas. ILO juga melaporkan bahwa sebanyak 50,3% penganggur pada tahun 2007 terdiri dari golongan terdidik ini.
Secara gamblang kalkulasi pengangguran terdidik dari tahun 2005 hingga 2008 menyebutkan. Pada tahun 2005 secara umum jumlah pengangguran terbuka sebanyak 11.899.3 orang, dengan kuota dari lulusan Universitas sebnyak 395,5 ribu, lulusan diploma 308,5, SMK 2.037,6 dan SMA sebanyak 3.069,3 ribu orang. Pada tahun 2006 jumlah pengangguran terbuka sebanyak 10.932,0 terdiri dari lulusan Universitas 395,6m diploma sebanyak 278,1 SMK 1.305,2 dan SLTA 2.851,3 orang.

Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 10.011,1 pengangguran terbuka, yang terdiri dari lulusan Universitas sebanyak 566,6 orang, lulusan Diploma 397,2 orang, lulusan SMK 1.538,3 dan SMA sebanyak 2.532,2 orang. Dan yang untuk tahun 2008 tercatat pada bulan Feburari lalu menyebutkan jumlah pengangguran terbuka sebanyak 9.4,27,6 orang yang disumbang dari lulusan Universitas sebanyak 626,2 ribu orang, Diploma sebanyak 519,9 orang, SMK sebanyak 1.165,6 dan SLTA/SMA sebanyak 2.204,4 orang.

Meskipun angka pengangguran dari tahun ke tahun mengalami penuyusutan namun sebagian besar masih belum diatasi. Bahkan nampak terlihat untuk tahun 2008 ini, jumlah pengangguran terdidik dari golongan lulusan Universitas justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari yang semula berjumlah 566,6 untuk tahun 2007, meningkat menjadi 626,2 untuk tahun 2008. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah kemanakah arah pendidikan kita sebenarnya. Apakah ini murni dari bukti kegagalan pendidikan kita atau kesalahan datang dari pemerintah yang tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi lulusan pendidikan formal. Atau mungkin kesalahan datang dari keduanya yang sama-sama tidak memperhatikan nasib kaum terdidik, terutama setelah menyelesaikan studinya.

Mahalnya biaya pendidikan yang selalu mengalami eskalasi pada tiap tahunnya tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai. Ribuan mahasiswa yang diterima dikampus-kampus di Indonesia kehilangan harapan masa depannya. Mayoritas dari mereka yang tidak memiliki skill kebingunangan saat menyelesaikan studinya. Sementara ketersedian lapangan pekerjaan sangat minim, bahkan harus berkonpetensi dengan mereka yang lebih ahli dibidangnya. Yang pada akhirnya nasib kaum terdidik ini junstru pada akhirnya benasib sama dengan para pengangguran jalanan yang memang benar-benar tidak memiliki biaya untuk mengenyam pendidikan. Jika ini yang terjadi, maka pendidikan kita tak ubahnya ibarat pabrik yang gagal mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Ditambah lagi belum adanya pemasarannya yang jelas. Sehingga nasib kaum terdidik selalu terkatung-katung.

Kondisi yang demikian harus mulai diperhatikan oleh pemerintah secara serius. Pendidikan yang katanya bertujuan untuk memanusiakan manusia dan mampu untuk merubah pola pikir dan nasib seseorang harus bisa direalisasikan dengan baik. Salah satunya adalah penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai. Atau setidaknya institusi pendidikan yang ada selama ini untuk lebih concern lagi pada pembekalan ketrampilan bagi anak didiknya dengan berbagai macam pendidikan skill yang mampu untuk dikembangkan setelah menyelesaikan studinya. Sehingga akan lebih bisa mengurangi ketergantungan kepada pemerintah yang asat ini belum mampu menciptakan lapangan pekerjaan secara memadai. Bukan tak mungkin jika orang-orang terdidik ini dibekali dengan ilmu-ilmu skill, justru nantinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain, untuk membantu meringankan beban negara dalam mengatasi pengangguran yang semakin tak teratasi ini.

Untuk itu, anggaran pendidikan yang rencananya akan dinaikkan menjadi 25% dari yang semula 15,6% pada tahun 2009 nantinya, hendaknya menjadi spirit bagi kaum pendidik dan isntitusi pendidikan untuk bisa lebih concern memberikan pendidikan keahlian (skill education) kepada siswa atau mahasiswanya, baik sebagai mata kuliah tambahan ataupun wajib. Dan harapan kita semua, setidaknya hal itu mampu untuk menjawab kegelisahan mereka saat kembali ketengah-tengah masyarakat. Pendidikan enterpreuner yang jelas sangat dibutuhkan untuk bangsa kita saat ini. Menjadi sampah masyarakt setelah mengenyam pendidikan tinggi terutamanya merupakan beban psikologis yang sulit dihindari. Apalagi kesadaran pendidikan masyarakat kita belum begitu meluas, sehingga dengan adanya pengangguran terdidik ini akan semakin membuat masyarakat kita tidak mempercayai lagi arti pendidikan yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar