11 Desember 2011

Six Sigma


Apa itu Six Sigma
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi pemborosan, menurunkan variansi dan mencegah cacat. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha untuk menjawab permintaan pelanggan terhadap kualitas yang terbaik dan proses bisnis yang tanpa cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dan Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis.

Untuk lebih mudahnya, Six sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi.

Perspektif Statistik
sigma dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada suatu rentang yang disepakati. rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas bawah atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang terjadi diluar rentang disebut cacat (defect). Proses Six Sigma adalah proses yang hanya menghasilkan 3.4 DPMO (defect permillion opportunity).

Perspektif Metodologi
Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.
Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan, mengetahui CTQ (Critical to Quality).
Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y).
Analyze adalah fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X).
Improve adalah fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat.  Control adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul.

Sejarah Adalah Carl Frederick Gauss (1777-1885) yang pertama kali memperkenalkan konsep kurva normal dalam bidang statistik. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Walter Shewhart di tahun 1920 yang menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata (mean) mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sebuah proses.

Pada akhir tahun 1970, Dr. Mikel Harry, seorang insinyur senior pada Motorola's Government Electronics Group (GEG) memulai percobaan untuk melakukan problem solving dengan menggunakan analisa statistik. Dengan menggunakan cara tsb, GEG mulai menunjukkan peningkatan yang dramatis: produk didisain dan diproduksi lebih cepat dgn biaya yg lebih murah. Metoda tsb kemudian ia tuliskan dalam sebuah makalah berjudul "The Strategic Vision for Accelerating Six Sigma Within Motorola". Dr. Mikel Harry kemudian dibantu oleh Richard Schroeder, seorang mantan executive Motorola, menyusun suatu konsep change management yang didasarkan pada data. Hasil dari kerja sama tersebut adalah sebuah alat pengukuran kualitas yg sederhana yg kemudian menjadi filosofi kemajuan bisnis, yg dikenal dengan nama Six Sigma.

Perbedaan Six Sigma dan Total Quality Management (TQM)
Thomas Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun buku "The Six Sigma Handbook", pada bulan Februari 2001, menjelaskan adanya perbedaan penting antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yg digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yg berbakat yg mampu menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara singkat, TQM hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.

Kemudian konsep Total Quality Control, di tahun 1950, menunjukkan bahwa kualitas produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke arah hulu, yaitu di area engineering dan purchasing. Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang muncul pada pelaksanaan Total Quality Control yaitu:
Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis yg kritikal lainnya
Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yg sama
Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk

Six Sigma dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi permasalahan di atas:
Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus diperbaiki
Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur
Six sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya
Six sigma menciptakan change agent yg bukan bekerja di Quality Department. Green Belt adalah para operator yg bekerja pada proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya

Faktor Penting dalam Implementasi Six Sigma
Dukungan dari Top level. Six sigma menawarkan pencapaian yg terukur yg tidak akan mampu ditolak oleh pemimpin perusahaan, yang dikerjakan oleh seorang super star yg sangat tahu apa yg harus dilakukan di bidangnya (Black Belt, Project Champion, Executive Champion).
Tim yang hebat. Para Executive Champion, Deployment Champions, Project Champions, Master Black Belts, Black Belts, dan Green Belts adalah orang-orang yg terlatih dengan baik untuk mengerjakan proyek Six Sigma.
Training yg berbeda dgn yg pernah ada. Anggota proyek Six Sigma adalah mereka yg pernah ditraining secara khusus dengan biaya antara $15,000-$25,000 per Black Belt, yg akan dibayar melalui saving yg didapat dari setiap proyek Six Sigma
Alat ukur yg baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg diukur berdasarkan persepsi customer, yg bisa dibandingkan antar departemen atau divisi dalam satu perusahaan
Tradisi perusahaan yg baru, yaitu mempromosikan usaha untuk melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.

DMAIC
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) merupakan tahapan/fase-fase dalam proses six sigma.

Define
Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan, dan membangun tim. fase ini tidak banyak menggunakan statistik, tools statistik yang sering dipakai pada fase ini adalah diagram cause & effect dan diagram pareto. kedua tool statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas masalah.

Menentukan Masalah
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah adalah
Spesifik, menjelaskan secara tepat apa yang salah, bagian proses mana yang salah dan apa salahnya.
Dapat diamati, menjelaskan bukti-bukti nyata suatu masalah. bukti-bukti tersebut dapat diperoleh baik melalui laporan internal maupun umpan balik pelanggan.
Dapat diukur, menunjukkan lingkup masalah dalam suatu ukuran.
Dapat dikendalikan, masalah harus dapat diselesaikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila masalah terlalu besar maka dapat dipecah-pecah sehingga dapat lebih dikendalikan.

CTQ (Critical to Quality)
Setelah semua varibel yang dipandang penting oleh pelanggan didapatkan dan diberi nilai terukur (varibel terukur tersebut disebut CTQ). dengan kata lain CTQ adalah sebuah karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan (pelanggan internal atau eksternal)

Measure Measure adalah fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang digunakan.

Analisis Sistem Pengukuran
Masalah yang muncul dalam pengukuran adalah variabilitas pengukuran yang dinyatakan dalam variance. varian total suatu pengukuran berasal dari varian yang ditimbulkan produk (part to part) dan varian akibat kesalahan pengukuran (gage).

Analisis Kapabilitas Proses
Kapabilitas suatu proses menggambarkan seberapa uniform proses tersebut. analisis kapablitas proses memperbandingkan kinerja suatu proses dengan spesifikasinya, suatu proses memiliki kapabilitas bila semua nilai variabel yang mungkin jatuh dalam batas spesifikasi.

Analyze
Fase analyze merupakan fasemencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. masalah-masalah yang timbul terkadang sangat kompleks sehingga membuat kita bingung mana yang akan kita selesaikan.

Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk memprioritaskan masalah yang harus ditangani dengan aturan pengelompokan 80-20. 20% dari kecacatan akan menyebabkan 80% masalah.

Diagram Cause & Effect

Diagram Cause & Effect digunakan untuk mengorganisasi informasi hasil brainstorming sebab-sebab suatu masalah. diagram ini sering disebut juga dengan diagram fishbone karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan, atau diagram ishikawa untuk menghormati sang penemu.

Uji Hipotesis Rata-rata Umumnya uji hipotesis rata-rata digunakan untuk menetapkan faktor kausatif (x) dengan cara menginformasikan sumber-sumber variasi. disamping itu juga untuk menunjukan perbedaan yang signifikan antara data baseline dengan data yang diambil setelah improvement dilakukan.

Improve
Improve adalah fase meningkatkan proses(x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. pada fase measure anda telah menetapkan variabelfaktor (x) untuk masing-masing variabel respons(y). pada fase improve banyak melibatkan uji Design of Experiment (DoE). DoE merupakan suatu uji dengan mengubah-ubah variabel faktor sehingga penyebab perubahan pada variabel respon diketahui.

Taguchi
Desain taguchi merupakan desain parameter robust, yaitu metode atau teknik mendesain produk atau proses yang fokus pada minimalisasi variasi dan sensitivitas noise.

Control

Control adalah fase mengendalikan kinerja proses (x) dan menjamin cacat tidak muncul kembali. tool yang umum digunakan adalah diagram kontrol. fungsi umum diagram kontrol adalah sebagai berikut :
Membantu mengurangi variabilitas
Memonitor kinerja setiap saat
Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan

Mengenal Strategi Six Sigma
Six Sigma adalah strategi manajemen bisnis dengan menggunakan statistik dan metode observasi untuk meningkatkan produktivitas, nilai, efisiensi, dan kepuasan pelanggan. Alat ini telah diadopsi oleh banyak organisasi sebagai pengukuran kualitas mereka dan dekat status kesempurnaan. Apakah itu sebuah perusahaan manufaktur, perusahaan finansial, atau hampir semua jenis organisasi, Six Sigma dapat diterapkan.

Proses Six Sigma dimulai dengan pelatihan dan sertifikasi. Ada sejumlah online atau kursus berbasis web. Tapi, berhati-hati terhadap apa yang Anda pilih. Konsep telah menjadi begitu luas bahwa kursus sertifikasi tidak selalu dapat diandalkan. Mereka akan memberikan sertifikat tetapi tidak instruksi yang tepat untuk memahami metodologi Six Sigma. Pelatihan penelitian perusahaan atau organisasi sebelumnya. Agar bisnis Anda untuk keuntungan Anda perlu memastikan untuk mendapatkan pelatihan yang diperlukan.

Tingkat pelatihan berbeda untuk peran kunci implementasi. Kepemimpinan Eksekutif menciptakan visi untuk pelaksanaannya. Champions disertifikasi untuk membimbing dan mengawasi pelaksanaannya. Master Black Belt pelatih dan membantu Black Belt, Green Belt, dan pelaksanaan seluruh Champions. Sabuk Hitam yang bertanggung jawab melaksanakan proyek-proyek tertentu dan Green Belts bekerja di bawah Sabuk Hitam, mengambil bimbingan dan instruksi untuk pelaksanaannya. Yellow Belts adalah garis depan. Mereka yang paling dekat dengan proyek bekerja melalui strategi Six Sigma.

Setelah orang-orang kunci terlatih dan bersertifikat mereka bekerja sama dalam proyek, menggunakan Six Sigma Keahlian mereka, untuk mencapai tujuan apa pun keinginan perusahaan untuk mendapatkan. Contohnya adalah organisasi Six Sigma ingin untuk memastikan pelanggan mereka menerima kualitas tertinggi kabel perakitan bagian. Tujuan umum lainnya meningkatkan keuntungan, menurunkan biaya, mengurangi waktu siklus, atau meningkatkan keselamatan.

Proyek Six Sigma bahwa tim bekerja pada perusahaan untuk mencapai tujuan mereka didekati dengan 2 bentuk metodologi. Jika tim ini difokuskan pada perbaikan proses yang ada, mereka menggunakan metode DMAIC. Ini adalah singkatan untuk “Menentukan masalah, Mengukur aspek kunci dari proses yang sedang terjadi, Menganalisa data, Meningkatkan proses berdasarkan analisis, dan Pengendalian keadaan masa depan proses”. Jika tim tersebut bertujuan untuk membuat proses baru mereka mengikuti metode DMADV, yang berarti “desain Mendefinisikan tujuan, penting untuk Mengukur karakteristik mutu, Menganalisis untuk mengembangkan dan desain alternatif, Merancang rincian, Memeriksa desain untuk melaksanakan proses.

Bagi perusahaan untuk mencapai Six Sigma mereka harus menyelesaikan pelatihan tetapi juga mengevaluasi dan melakukan penyesuaian struktur organisasi mereka dan budaya mereka. Organisasi yang tidak berbaris untuk menangani perubahan tidak akan memenuhi tujuan mereka. Yang tepat dan peran pemimpin perlu didefinisikan agar strategi berfungsi. Konsep juga perlu diteruskan kepada setiap orang dalam perusahaan sehingga mereka terfokus dan pada halaman yang sama. Six Sigma harus ahli tantangan karyawan dari semua tingkatan untuk berpikir tentang bagaimana dampak tindakan mereka pelanggan. Yang lebih banyak dukungan dan kerja tim yang terlibat dalam Six Sigma, semakin baik hasilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar