18 September 2011

TRANSKRIPSI SAMBUTAN IBU NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN GURU DARI DAERAH KHUSUS, GURU PENDIDIKAN LUAR BIASA/ PENDIDIKAN KHUSUS BERDEDIKASI TINGKAT NASIONAL

Sambutan Pada Acara Silaturahmi Dengan Guru Dari Daerah Khusus, Guru Pendidikan Luar Biasa/ Pendidikan Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional

Istana Negara, Jakarta, Sabtu, 13 Agustus 2011

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita sekalian ,

Yang saya hormati dan saya cintai Ibu Herawati Boediono,
Yang saya hormati Bapak Menteri Pendidikan Nasional, Bapak Muhammad Nuh,
Yang saya cintai Ibu-Ibu dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu,
Yang saya hormati para Sesepuh Ria Pembangunan dan para Pengurus Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan. Di sini saya melihat Ibu Umar Wirahadikusuma, kemudian ada Ibu Nina Akbar Tanjung dan Ibu-ibu sekalian yang lainnya yang tentu saja saya cintai dan saya banggakan.

Yang saya hormati para Donatur, saya melihat ada Bapak Franky Widjaja dari Eka Tjipta Foundation juga mitra yang bekerja sama dengan SIKIB, saya melihat Ketua BNN di sini dan yang lain-lainnya dan yang paling saya banggakan para Guru dari Daerah Khusus dan Guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Berdedikasi Tingkat Nasional sekali lagi, yang sangat saya cintai dan saya banggakan, Ketua Panitia dan para Tamu Undangan yang berbahagia,

Pertama-tama marilah kita bersama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita dapat bertemu di forum yang mulia ini di dalam keadaan sehatwal’afiat, dan alhamdulillah karena saya dapat bersilaturahim dengan Bapak dan Ibu sekalian, utamanya para guru yang telah datang dari seluruh Indonesia.

Pertemuan ini terasa menjadi lebih istimewa karena bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Untuk itu, saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan kepada seluruh Hadirin yang menjalankannya, semoga kita semua dapat menjalankan puasa ini dengan lancar sehingga memacu kita untuk dapat meningkatkan kualitas ibadah, amal, serta pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

Hadirin yang berbahagia,
Sebelum berangkat ke acara ini, tadi Bapak Presiden menitipkan salam teramat hangat untuk Bapak dan Ibu sekalian. Beliau berpesan teruslah bersemangat dan pantang menyerah walaupun kondisi sarana dan prasarana di tempat Bapak dan Ibu bekerja selama ini sangatlah terbatas. Beliau juga mengatakan bahwa sesungguhnya tugas Bapak dan Ibu sekalian sangatlah mulia, karena telah mendidik dan membentuk karakter generasi penerus bangsa yang tangguh, cerdas, dan berakhlak mulia.

Bekerjalah sepenuh hati, karena pada hakekatnya kita semua, baik yang ada di pusat ini, di daerah, di pulau-pulau terdepan, di perbatasan, di gunung, di lembah-lembah, di sepanjang aliran sungai adalah bagian dari penjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara khusus saya selaku Ibu Negara mengucapkan selamat datang kepada para Guru yang datang dari daerah khusus, dan para Guru Pendidikan Luar Biasa yang datang dari seluruh pelosok negeri. Wajah cerah, tatapan yang optimis Bapak dan Ibu sekalian merupakan refleksi ketulusan hati, semangat, serta motivasi yang tinggi. Suatu prestasi yang luar biasa, kerja keras, serta dedikasi yang tinggi dari Bapak dan Ibu selama inilah, yang telah mengantarkan Bapak dan Ibu ke Istana Negara ini. Istana milik kita bersama.

Untuk diketahui oleh Bapak dan Ibu sekalian, Istana Negara yang megah ini didirikan atau dibangun pada tahun 1796. Jadi usianya sudah ratusan tahun, 300 tahun lebih. Dulu tempat ini merupakan tempat tinggal seorang warga negara Belanda bernama J.A van Braam. Sejak tahun 1816, kemudian diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan pada waktu itu, serta merupakan kediaman para gubernur jenderal, jenderal Belanda tentunya.

Peristiwa penting yang pernah dilakukan di sini adalah penetapan tanam paksa. Kita, mungkin sebagai guru tentu saja mengetahui apa itu tanam paksa. Pada zaman dahulu kita tahu bahwa pemerintah Belanda pernah membuat suatu peraturan tentang tanam paksa. Kita dipaksa untuk bercocok tanam dan hasilnya tentu saja dikonsumsi oleh mereka, bahkan dikirim ke luar negeri untuk diekspor. Dan saya berharap kalau sekarang ini tidak ada tanam paksa lagi, tetapi tanam sadar, sadar kita menanam untuk kepentingan kita sendiri.

Selain penetapan tanam paksa di sini juga pernah dilakukan pada tanggal 25 Maret 1947 penandatanganan persetujuan Linggarjati, di mana pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir dan pihak Belanda diwakili oleh Dr. Van Mook.

Istana Negara sekarang ini dipakai sebagai kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Jadi saya, Bapak Presiden dan saya tinggal di sini. Hanya menempati kira-kira dua, tiga kamar saja sebagai tempat yang privat, yang lainnya adalah tempat yang terbuka juga untuk umum, seperti apa yang kita lakukan sekarang ini.

Banyak peristiwa penting yang telah dilakukan di Istana Negara ini, antara lain adalah pelantikan menteri, para duta besar, Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala Staf TNI, serta lain-lainnya. Jamuan makan malam kenegaraan atau sering disebut dengan State Banquet, serta pertunjukan kesenian di panggung yang ada di depan sini, pertunjukan kesenian bagi tamu-tamu negara kita. Dan pemberian penghargaan, tanda jasa dan Bintang Kehormatan kepada mereka yang dipandang berjasa luar biasa kepada negara.

Kalau pemberian tanda kehormatan dan bintang jasa, kemarin dan tahun lalu dilakukan di Istana Merdeka, yang letaknya ada di sebelah belakang dari Istana ini, karena kemarin di sini digunakan untuk kegiatan pertemuan dengan veteran dan para perintis pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian pengukuhan Paskibraka, pembukaan musyawarah, pembukaan rapat kerja, dan lain-lain.

Untuk tahun ini, pengukuhan Paskibraka yang sering Ibu saksikan dari layar televisi, mereka juga bertugas, negara memberikan tugas kepada Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang setiap tahun, setiap 17 Agustus melakukan tugasnya dikukuhkan di sini. Tahun ini, tanggal 15 Agustus nanti akan dikukuhkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia.

Hadirin sekalian,
Seperti yang tadi saya katakan, kegiatan lain pun dapat dilakukan di sini, seperti apa yang kita lakukan pada pagi hari ini, yaitu silaturahim di antara kita. Sungguh saya merasa amat bangga dan tentu Ibu harus mengetahui bahwa Ibu dan Bapak sekalian yang datang dari daerah telah diterima di tempat yang sangat terhormat ini. Ini merupakan apresiasi kepada Bapak dan Ibu sekalian. Sekali lagi, sungguh saya merasa amat bangga dapat menerima para pendidik bangsa yang penuh dedikasi, karena melalui tangan Bapak dan Ibu semua masa depan bangsa dan negara ini dibangun.

Hadirin yang berbahagia,
Tadi kita telah menyaksikan video Gurdasus Menuju Istana. Kelihatannya itu adalah rekaman tahun lalu ya Bapak. Rekaman tahun lalu, jadi rekan-rekan Bapak dan Ibu sekalian yang tahun lalu di terima juga di tempat ini. Saya sangat terharu melihat betapa berat perjuangan Bapak dan Ibu. Ada yang harus menyeberang sungai dengan kapal yang kecil. Ada yang harus menenteng sepatu karena becek, kemudian ada juga yang harus mendaki, menuruni tempat karena memang daerahnya sangat terjal, tinggal di sekolah karena keterbatasan sarana, dan sebagainya.

Saya sungguh menaruh hormat kepada Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian karena terus fokus dan berkomitmen mendidik anak bangsa. Perjuangan dan pengorbanan yang telah ditunjukkan oleh para guru sungguh luar biasa. Untuk itu, saya memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Percayalah, Bapak dan Ibu sekalian bahwa perjuangan Bapak dan Ibu pasti tidak sia-sia dan akan tercatat abadi dalam sejarah perjuangan bangsa. Berjuang untuk menjaga eksistensi bangsa tidak hanya dengan memanggul senjata, tetapi bisa juga menggunakan dengan buku dan pena. Artinya, seorang guru yang telah berhasil membuat anak didiknya menjadi melek huruf, berpengetahuan, dan berkarakter baik, juga bisa disamakan dengan seorang pejuang yang memanggul senjata demi negaranya. Seorang guru yang telah mendidik bangsa. Pada hakekatnya, guru juga seorang pahlawan, pahlawan tanpa tanda jasa. Mari kita berikan tepuk tangan kepada para guru semuanya.

Para Guru sekalian,
Kita ketahui bahwa sejak tahun 2009 yang lalu, pemerintah telah menentukan atau menganggarkan 20 persen dari APBN untuk pendidikan. Jumlah itu adalah jumlah yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, misalnya pertanian dan perdagangan dan lain-lainnya. Saya kira ini nilainya hampir 200 triliun-an ya Bapak ya. 240 triliun. Jadi lebih dari 200 triliun. Tapi karena luasnya wilayah negeri kita, dan jumlah penduduk yang begitu besar, maka dana tersebut harus dibagi secara adil dan berimbang ke seluruh wilayah.

Tentu saya berharap dan saya kira merupakan harapan kita semuanya, termasuk harapan Bapak dan Ibu agar alokasi dana yang cukup besar tadi tidak ada yang sampai bocor, sehingga dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua harus dimajukan, semua harus dicerdaskan.

Tadi Bapak Menteri mengatakan non diskriminatif, baik itu yang di wilayah timur, wilayah barat, pusat ataupun di perkotaan maupun di daerah yang terpencil, sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945. Tidak ada satu pun yang boleh dianaktirikan, termasuk anak-anak kita yang berkebutuhan khusus. Anak-anak yang berkebutuhan khusus itu juga generasi masa depan bangsa yang harus diperhatikan, dan jangan sampai dianggap generasi yang hilang atau tidak ada. Melalui tangan dan pengasuhan para guru yang berkemampuan khusus, Presiden menitipkan masa depan anak-anak kita itu.

Didiklah mereka dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Diperlukan kerja sama yang baik antara guru berkemampuan khusus dengan para orang tua untuk menggali potensi mereka. Jangan anggap mereka sebagai anak yang tidak berguna dan menjadi beban.

Banyak anak-anak yang berkebutuhan khusus kita yang telah mampu membuktikan prestasi mereka yang luar biasa, yang tidak kalah dengan teman-teman mereka yang normal. Pada event Special Olympics World Summer Games di Athena bulan Juli lalu, Indonesia sukses telah merebut 15 medali emas, 13 perak, dan 11 perunggu. Ini adalah sebuah rekor yang belum pernah dicapai selama ini.

Bayangkan, mereka harus bersaing dengan 7.500 atlet terbaik tuna grahita dari 184 negara di dunia. Namun secara heroik, mereka telah mampu mengalahkan lawan-lawannya, serta berhasil meraih prestasi yang luar biasa. Kita semua tentu patut berbangga hati terhadap prestasi anak-anak kita itu. Tanpa bimbingan dari para guru pendidikan khusus, perhatian orang tua dan berbagai pihak lainnya, mustahil Bendera Merah Putih dapat berkibar dengan megahnya, dan Lagu Indonesia Raya dapat berkumandang di Special Olimpycs World Athena, Yunani, tentu hal itu, hal tersebut Bapak dan Ibu sekalian merupakan atau menunjukkan jiwa kepahlawanan dalam bentuk lainnya.

Seperti tadi saya katakan, bahwa kita berjuang tidak hanya memanggul senjata, bisa dengan buku, bisa dengan penanya, bisa dengan tustelnya karena dia adalah seorang pewarta foto tetapi bisa juga dengan yang saya katakan tadi melalui olahraga seorang tuna grahita pun dapat berprestasi. Untuk itu, mari tidak kita sia-siakan mereka. Jangan kita buang dan jangan kita lupakan, mari kita didik mereka dengan sebaik-baiknya penuh kesabaran dan penuh kasih sayang.

Hadirin yang saya hormati,
Dari sekian banyak guru-guru SD di daerah terpencil dan Sekolah Luar Biasa di seluruh Indonesia, Bapak dan Ibu yang duduk di sini adalah yang terbaik berdasarkan penilaian obyektif. Kemarin saya membaca satu-per-satu profil Bapak dan Ibu yang mendapat penghargaan hari ini. Dari 99 guru yang sampai ke Istana Negara, sebagian besar memiliki masa kerja di atas 15 tahun, bahkan ada yang sampai 35 tahun. Ini sungguh pengabdian yang nyata dan tak ternilai.

Bukan hanya dinilai dari masa kerja saja, untuk dapat duduk di Istana Negara, Bapak dan Ibu juga telah memenuhi sejumlah persyaratan, terutama terkait kompetensi dalam pengajaran di Pendidikan Luar Biasa. Oleh karena Bapak dan Ibu mampu melakukan tugas di Pendidikan Luar Biasa, maka tak salah, jika saya menyebut Bapak dan Ibu sebagai orang-orang yang luar biasa pula. Tentu sekali lagi, mari kita berikan tepuk tangan. Kalau tadi Bapak Muhammad Nuh mengatakan Bapak dan Ibu adalah khusus, khusus ketemu khusus menjadi istimewa menurut saya sekali lagi.

Sementara itu Ibu-ibu dan Bapak guru di daerah khusus, selain mengajar, mereka juga harus memenuhi sejumlah kriteria, diantaranya responsif terhadap setiap perkembangan, serta dapat berperan sebagai problem solver atau ikut serta menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah bencana maupun bencana alam, sehingga kehadirannya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.

Dari tayangan video tadi dapat dilihat bagaimana masyarakat di daerah khusus, di pulau-pulau terdepan, di perbatasan sangat mencintai dan menghargai kehadiran para guru di sana. Bahkan mereka dengan tulus memberikan penghargaan, ada yang memberikan pisang, ada yang memberikan apa tadi, kelapa ya, itu adalah betul-betul ketulusan dari mereka yang berada di sana.

Melihat tantangan yang dihadapi mereka tidaklah ringan, maka pantas kalau guru-guru dari daerah khusus dan Pendidikan Luar Biasa mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Dalam artian harus diperjuangkan terus kesejahteraannya. Bagi seorang guru di daerah yang memang sulit kondisinya karena keadaan geografi, maka insentif menjadi sangat berharga, agar kinerja dan minat guru mengajar di daerah khusus, seperti kawasan yang terpencil tadi dapat terus meningkat.

Dan saya gembira karena Bapak tadi sudah menyebutkan beberapa hal ataupun program dan rencana pemerintah untuk memberikan perhatian kepada mereka. Hanya saya masih mendengar Bapak, kalau program sertifikasi guru di daerah yang sulit dijangkau, sering tidak bisa dilaksanakan, untuk itu, saya mohon kiranya Bapak Menteri Pendidikan dapat memikirkan hal tersebut karena kadang-kadang ada SMS yang masuk kepada saya yang mengatakan bahwa mereka sulit untuk mendapatkan sertifikasi karena hambatan-hambatan dari keadaan atau lokasi geografi kita. Untuk itu, bagaimana kiranya Bapak bisa memikirkan mereka, apakah tentu saja tidak boleh mengurangi kualitas, tetapi bagaimana untuk meringankan mereka, apakah waktunya yang diperpanjang atau saya kira dari Bapak Menteri dan jajaran Kementerian Kemendiknas barangkali bisa memikirkan mereka-mereka yang ada di daerah-daerah terpencil itu.

Hadirin yang saya muliakan,
Sebagaimana tadi yang telah disinggung oleh Ketua Panitia, bahwa nanti Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian akan mendapatkan bonus, tadi ada yang mendapatkan laptop. Laptop ini bantuan dari Eka Tjipta Foundation kemudian dari gaji ke-13 Bapak Presiden. Ibu dan Bapak sekalian, memang semenjak ada kebijakan pemerintah tentang gaji ke-13, saya tidak pernah menikmati gaji ke-13 itu, karena sepenuhnya kami berikan untuk panitia dari gurdasus dan panitia yang telah mengaturnya bagaimana untuk bisa cukup dan merata bagi seluruh Ibu-ibu dan Bapak-bapak dari daerah khusus.

Untuk bantuan ataupun boleh dikatakan hadiah yang akan diberikan kepada Bapak dan Ibu sekalian, saya mengucapkan terima kasih kepada SIKIB, kepada Ibu-ibu dari RIA Pembangunan, tentu saja dari BRI, dari Eka Tjipta Foundation, BNN dan dari berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Kemudian saya juga mengajak untuk ke depan barangkali, kita bisa bekerja sama kembali untuk meningkatkan kira-kira apa yang bisa kita lakukan lagi untuk mereka-mereka yang memang membutuhkan uluran tangan dan perhatian kita.

Dan saya berharap Bapak dan Ibu sekalian tidak melihat besarnya dan harga dari apa yang kami berikan karena semuanya dengan tulus menyampaikannya sebagai bentuk apresiasi atas sebuah prestasi dan dedikasi, yang sudah barang tentu tidak bakal atau tidak mungkin dapat kita setarakan hanya dengan materi saja.

Selain itu, saya berharap juga berharap Bapak dan Ibu yang selama tinggal di Jakarta untuk mendapat kursus singkat untuk bagaimana cara mengoperasikan laptop. Dan tentu saya berharap bahwa ketika Ibu nanti sudah, Bapak dan Ibu sudah sampai di rumah, maka segera mengoperasikan laptop itu untuk mendapatkan informasi.

Boleh saya bertanya kepada Bapak dan Ibu sekalian? Apakah ada yang belum pernah tahu bagaimana cara menggunakan laptop? Maksudnya sudah tahu atau belum tahu? Kalau yang belum tahu boleh angkat tangan? Belum tahu. Kelihatannya separuh dari yang sudah tahu. Jadialhamdulillah, mudah-mudah Ibu-ibu SIKIB sudah merencanakan untuk bisa memberikan kursus. Karena saya pikir kalau tidak diberikan kursus percuma kita berikan laptop, jangan-jangan nanti laptophanya dipajang di kamar tamu, hanya untuk diceritakan, ditulisi bahwa ini adalah hadiah dari SIKIB, hadiah dari Jakarta begitu tanpa dipergunakan. Padahal maksud kita adalah agar Bapak dan Ibu-ibu yang ada di daerah terpencil pun, daerah khusus pun melek teknologi. Jadi Ibu, Bapak dan Ibu bisa menggunakannya untuk mencari informasi. Informasi itu memang sangat penting.

Orang mengatakan bahwa abad ke-21 adalah abad Informasi. Bahkan ada yang mengatakan bahwa barangsiapa yang mampu mengakses informasi dengan cepat, maka dia akan berpeluang untuk memenangkan persaingan.

Saya cukup gembira melihat generasi muda kita yang berprofesi sebagai guru di daerah terpencil cukup kreatif demi terus mengejar ketertinggalannya. Tahun lalu saya sampaikan, bahwa ada satu grup di jejaring sosial yaitu namanya Gudacil, singkatan dari Guru Daerah Terpencil, yang anggotanya tahun lalu 220. Saya yakin tahun ini meningkat seiring dengan makin banyaknya internet masuk ke desa-desa atau internet menyebar ke seluruh wilayah tanah air. Ini merupakan salah langkah yang positif, dan menjawab kekhawatiran kita semua tentang ketertinggalan informasi di daerah yang jauh dari kota-kota besar maupun pusat pemerintahan.

Guru-guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Khusus, saya pantau juga memiliki forum jejaring sosial yang namanya Forum Komunikasi Guru PLB. Ini menunjukkan bahwa di antara komunitas mereka telah terjalin pula komunikasi yang intens untuk saling share atau berbagi pangalaman masing-masing, berdiskusi dan menemukan solusi yang terbaik mengenai segala macam masalah yang dihadapi. Saya sangat mendukung cara berkomunikasi yang positif seperti itu. Gunakan sarana teknologi untuk menambah kepandaian, meningkatkan kesejahteraan demi kemajuan bangsa, dan jangan sebaliknya, menggunakan kemajuan teknologi untuk hal-hal yang negatif lainnya.

Hadirin yang berbahagia,
Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya mengingatkan bahwa beberapa hari lagi kita akan merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-66, mari kita sukseskan rangkaian acara yang mengambil tema “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Tingkatkan Kesadaran Hidup dalam Ke-Bhinneka-an untuk Kokohkan Persatuan NKRI, Kita Sukseskan Kepemimpinan Indonesia dalam Forum ASEAN”. Dengan mengacu kepada tema itu, saya mengajak, mari kita pupuk terus semangat persatuan dan solidaritas di antara warga bangsa untuk kemajuan bersama.

Dan dalam kesempatan yang amat baik ini, sedikit saya ingin menyampaikan kepada Bapak dan Ibu sekalian, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2011 ini mendapat giliran untuk menjadi Ketua ASEAN. Beliau menerima jabatan itu akhir tahun lalu dari Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dzung. Selama menjabat Keketuaan ASEAN, kita bertekad, Indonesia bertekad untuk memajukan ASEAN sehingga bisa lebih berperan di dunia internasional, serta segera terwujudnya Komunitas ASEAN pada tahun 2015, yang akan membawa manfaat bagi kesepuluh negara anggotanya, termasuk Indonesia.

Hadirin sekalian,
Menurut penjelasan dari Ibu Liza, Ketua Panitia tadi bahwa Bapak dan Ibu sekalian akan mengikuti kegiatan 16 Agustus, mendengarkan Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di gedung DPR RI. 17 Agustus akan bersama-sama Bapak Presiden, Bapak Wakil Presiden dan kami semua untuk mengikuti acara Peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus, sore harinya akan mengikuti acara penurunan bendera. Kemudian 18 Agustus akan mengikuti pengarahan dari Bapak Presiden Republik Indonesia kepada para teladan, penerima penghargaan, Paskibraka, serta peserta aubade.

Dan melihat begitu padatnya acara, belum lagi acara yang dilakukan oleh SIKIB, ada tadi pengarahan, kemudian pengisian, perkenalan dengan anggota SIKIB dan lain-lain, maka saya berharap Bapak dan Ibu sekalian dapat menjaga kesehatan agar tetap fit. Jangan sampai sudah jauh-jauh datang ke ibu kota, tetapi tak bisa mengikuti seluruh acara sampai tuntas karena sakit. Apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dialami selama di sini, kiranya dapat dijadikan sebagai oleh-oleh cerita bagi keluarga, handai taulan, serta anak didik Bapak dan Ibu sekalian.

Pada saatnya nanti Bapak dan Ibu sekalian kembali ke daerah masing-masing, sampaikan salam hangat Bapak Presiden dan saya serta kepada para anak didik, serta keluarga di rumah. Semoga Bapak dan Iibu sekalian tiba di rumah dengan selamat, dan mendapat suntikan semangat baru, sehingga dapat meningkatkan dedikasi dan kinerjanya demi pendidikan anak bangsa. Teruslah berbuat di tengah keterbatasan yang ada, Tuhan pasti akan membalasnya, bila tidak di dunia, di akhirat nanti pasti Allah akan membalasnya.

Akhirnya, semoga apa yang kita perjuangkan dan kita cita-citakan bersama mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT.

Akhirnya saya tutup dengan wabillahitaufik wal hidayah wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar