09 September 2011

Untuk Apa Manusia Hidup? Pertanyaan Mudah Yang Susah Dijawab


Salah satu inti ajaran Islam adalah membimbing manusia menemukan tujuan hidup yang sebenarnya. Islam mengajak manusia untuk merenungi satu pertanyaan yang paling mendasar bagi setiap orang, yaitu untuk apa manusia hidup di dunia ini. Pertanyaan ini tentu memerlukan sebuah jawaban yang tepat. Karena jika manusia tidak tepat dalam menjawabnya, maka manusia akan gagal dalam hidupnya. Jika manusia gagal dalam hidupnya di dunia maka manusia juga akan gagal di akhirat kelak.

Bagaimanakah cara manusia menjawab pertanyaan itu? Ada sebagian orang yang mencari jawabannya dengan semata-mata mengandalkan akal. Ternyata hasilnya, tiap-tiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat hidup ini untuk mencari kekekayaan dan kesejahteraan hidup, ada yang berpendapat hidup ini untuk mencari kekuasaan dan keunggulan atas manusia yang lain, ada yang berpendapat hidup ini untuk membangun peradaban yang maju, ada juga yang berpendapat hidup ini untuk mencari berbagai kesenangan dan kenikmatan.

Dan masih banyak lagi berbagai pendapat lain, sesuai hasil pemikiran masing-masing. Kalau kita perhatikan, pertanyaan di atas sebenarnya cukup sederhana namun ternyata sulit menjawabnya. Bukan saja akal manusia tidak mampu menjawabnya, bahkan jika ditanyakan kepada banyak orang maka muncul perbedaan pendapat. Rupanya akal manusia memiliki kelemahan, tidak semua hal dapat dipikirkannya. Hal-hal yang ghaib, akhirat, syurga, neraka dan lain sebagainya, akal tidak dapat menjangkaunya sekalipun manusia itu pintar dan kuat akalnya.

Bagaimana dengan kita? Kita sebagai orang Islam memiliki panduan hidup yang diberikan Allah kepada kita, yaitu petunjuk Allah di dalam Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Jadi, kita sebenarnya tidak perlu menebak-nebak dan meraba-raba lagi, tidak perlu sampai letih akal kita mencari jawabannya. Lebih baik kita bersandar dengan yang telah Allah berikan kepada kita. Itulah jawaban yang tepat menurut Al Quran dan itulah yang patut menjadi pegangan kita, yang menjadi keyakinan kita, serta amalan perjuangan kita, agar kita mendapat keselamatan. Di dalam Al Quran disebutkan bahwa sesungguhnya yang benar itu datang dari Allah. Karena itu kita terima sajalah jawaban dari Allah. Semoga dengan begitu kita selamat di dunia dan akhirat.

Lalu, apa jawaban Allah atas pertanyaan kita itu. Ternyata Allah telah memberikan jawaban kepada kita, yaitu:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariat 56)

Ayat tersebut mengatakan kepada kita bahwa Allah menciptakan kita untuk beribadah atau mengabdikan diri kepada-Nya. Dengan kata lain kita diciptakan untuk tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Maka dengan ayat tersebut maka kita memiliki dalil dan argumentasi yang kuat. Bahkan jika ditinjau secara logika akal maupun secara psikologis, akal kita menerima bahwa sudah selayaknya manusia menyembah Allah yang telah menciptakannya dan hati kecil kita pun setuju untuk menyembah Allah.

Selain dengan dalil ayat suci Al Quran, kita juga dapat membuktikan dengan mudah bahwa akal dan hati kita setuju untuk menyembah Allah. Sebagai contoh, bagaimanakah perasaan kita jika ada orang yang memanggil kita dengan sebutan hamba Allah? Tentu kita tidak akan menolaknya bahkan kita merasa senang. Akal kita menerimanya dan hati kita menyetujuinya. Bahkan kalaupun kita bukan seorang hamba Allah yang patuh dan taat kepada Allah, kita tetap merasa senang dan terhibur dengan sebutan itu.

Mengapa begitu? Karena memang Allah telah menjadikan kita untuk menjadi hamba-Nya. Apa yang disetujui oleh Allah, disetujui juga oleh akal dan hati kita. Dan apa yang disetujui oleh akal dan hati kita, disetujui juga oleh Allah.

Sebaliknya, bagaimanakah perasaan kita jika ada orang yang memanggil kita dengan sebutan hamba dunia, hamba harta atau hamba nafsu? Akal dan hati kita tidak setuju kita dikatakan begitu. Bukan hanya tidak setuju bahkan hati kita terasa sakit. Jika seseorang yang sedang sakit dituduh-tuduh mejadi hamba selain Allah mungkin dia akan meninggal seketika.

Begitulah, apa yang tidak disetujui oleh Allah juga tidak disetujui oleh akal dan nafsu. Dan sebaliknya, apa yang tidak disetujui akal dan hati, Allah juga tidak menyetujuinya.

Karena itu, mau tidak mau kita harus menyembah Allah. Allah setuju, akal setuju dan hati setuju. Jadi kalau manusia tidak mau menyembah Allah, tidak mau mengabdikan diri kepada Allah, tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah, dia bukan saja menentang Allah, bahkan menentang akal dan hatinya. Pada hakekatnya menusia menentang dirinya sendiri. Kalau seseorang menentang dirinya sendiri, maka dia tidak akan medapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Walaupun seseorang itu memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi, rumah yang mewah dan harta kekayaan yang melimpah.

Buktinya banyak. Kita saksikan di saat ini, bangsa-bangsa yang dikagumi karena kemajuan mereka di bidang ekonomi dan pembangunan, juga terdapat banyak orang terkenal, tapi banyak sekali penduduknya yang mati bunuh diri kareka mereka sudah kehilangan kebahagiaan. Kebanyakan mereka orang yang terkenal tapi hidupnya frustasi.

Mengapa demikian? Karena mereka sama sekali tak mengenal Allah, tidak mau menyembah Allah. Mereka menentang dirinya sendiri sehingga akibatnya mereka tidak mendapatkan kebahagiaan. Karena itu kita harus mengenal dan menyembah Allah, agar kita selamat di dunia dan akhirat.

Mungkin hati kecil kita akan bertanya-tanya, “Jika benar manusia itu sudah selayaknya menyembah Allah, mengapa perasaan hati kita sendiri selama ini tidak mengajak atau mengingatkan kita agar menyembah Allah?”

Kita juga merasa susah untuk taat kepada Allah. Hal itu disebabkan karena di dalam diri manusia ada dua musuh batin yang senantiasa mempengaruhi hati dan akal manusia. Kedua musuh batin itu adalah syaitan dan hawa nafsu yang selalu menggoda manusia dan membawa manusia pada jalan kesesatan.

Di dalam Al Quran disebutkan :

“Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang sangat nyata” (QS Al Baqarah 208 )

Dan tentang nafsu, Allah juga berfirman :

“Sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak manusia pada kejahatan” (QS Yusuf 52)

Karena dalam diri manusia itu ada dua musuh batin maka hati manusia menjadi lalai dan durhaka kepada Allah. Kalau syaitan dan hawa nafsu tidak ada tentu manusia akan mengenal Allah, cinta dengan Allah, bahkan tenggelam dalam kecintaan kepada Allah karena fitrah manusia telah mengenal Allah sejak sebelum ditiupkannya ruh dan mengetahui bahwa Allah saja yang patut disembah dan diagungkan.

Lalu dengan cara bagaimanakah kita menyembah Allah? Cara menyembah Allah atau beribadah kepada Allah ada tiga bagian, yaitu:

1.Ibadah yang asas: Mempelajari, memahami, meyakini Rukun Iman, serta mempelajari, memahami dan melaksanakan Rukun Islam, yaitu Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji bagi yang mampu.

2.Ibadah Fadhailul ‘Amal: Amalan-amalan yang utama seperti puasa Senin Kamis, sholat Tahajud, shalat sunat Rawatib, membaca tasbih, tahmid, tahlil, membaca Shalawat Nabi, dll.

3.Ibadah yang umum: Ibadah yang lebih luas, seluas dunia, yaitu hal-hal mubah (boleh) yang dapat dijadikan amal ibadah jika memenuhi lima syarat :
a. Niat yang benar yaitu karena Alah.
b. Perkara yang kita lakukan dibenarkan oleh syariat
c. Pelaksanaannya juga sesuai dengan syariat
d. Hasil yang diperoleh dipergunakan sesuai syariat
e. Jangan sampai meninggalkan ibadah yang asas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar